Lihat ke Halaman Asli

Jangan klaim Sudi Silalahi pada sejarah 1998

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Boleh saja Sjafrie Sjamsoeddin menyebut Brigjend Sudi Silalahi, waktu itu Mei 1998, menyebut sebagai dinamisator yang dianggap berhasil membujuk para mahasiswa yang saat berjumlah ribuan sampai puluhan ribu pada pendudukan DPR/MPR oleh mahasiswa sebagai simbol jatuhnya Orde Baru yang dipimpin (alm) H. Soeharto. Pada buku yang ditulis A.A. Ritonga "Jenderal Batak dari Tanah Jawa" menyebutkan sebagai Kepala Staff Kodam Jaya, Sudi berhasil membersihkan mahasiswa yang saat itu hampir seminggu tanpa ada tindakan apa selanjutnya setelah Pak Harto lengser.

Di buku tersebut Sudi sang dinamisator membawa keluar mahasiswa. Pada kenyataannya, waktu itu mahasiswa sengaja di sisir oleh pasukan TNI dari pintu belakang dekat lapangan tembak, bukan oleh kerja Sudi Silalahi untuk membujuk ribuan mahasiswa. Pasukan TNI dengan bersenjata laras panjang menakuti mahasiswa yang sedang berjaga di pintu belakang tersebut yang habis bergantian berjaga pada waktu hampir tengah malam. Saya salah satu saksi mata pada waktu mahasiswa digiring keluar dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Katholik Atma Jaya, Semanggi, Jakarta.

Malah, sebelum disisir oleh pasukan TNI terdengar isu TNI AD sedang dalam perjalanan dari Lapangan Monas menuju DPR/MPR dengan persenjataan lengkap. Namun, pada 2009 saya mendengar langsung dari saksi mata yang saat itu sedang rapat di Cendana, kediaman Pak Harto, agar jangan menggunakan senjata, apalagi sampai jatuh korban akibat tembakan.

Para jenderal yang rapat di sana pun berdebat, sampai akhirnya Kopassus berjaga-jaga di seputar Taman Ria dan Manggala. Ini semata-mata agar penanganan tidak oleh pasukan yang bersenjata lengkap dan menimbulkan jatuhnya korban lagi dari pihak mahasiswa. Bahkan, Pak Harto waktu itu menyetujui agar tidak jatuh korban.

Dan, saking mahasiswa tidak mau meninggalkan Gedung DPR/MPR, banyak tekanan mental dengan menggunakan senjata laras panjang untuk ditakut-takuti dan ditendang. Riil, waktu itu saya hampir menjadi salah satu korban kekerasan tersebut.

Jadi saat ini jangan seolah-olah sok menjadi pahlawan yang mengklaim keberhasilan sang dinamisator Sudi Silalahi menjadi opini baru berhasil membersihkan DPR/MPR dari pendudukan mahasiswa. Boleh saja A.A. Ritonga menulis hal tersebut, tapi perlu diingatkan sejarah tersebut kebenarannya tidak seperti yang Anda katakan yang dirilis Antaranews.com (http://m.antaranews.com/berita/276842/gedung-mpr-bersih-dari-mahasiswa-berkat-sudi-silalahi?utm_medium=facebook&utm_source=twitterfeed) hari ini.

##

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline