Lihat ke Halaman Asli

"Do'a" untuk Putu Wijaya (1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-kata, cerita pendek karya Putu Wijaya (PW) yang ditulisnya untuk GM merupakan cerpen yang sangat bagus yang pernah saya baca. Tepatnya cerpen yang dimuat di Harian Umum Kompas tanggal 17 Juli 2011, tertanda tanggal 30 Juni 2011 karya yang sangat cantik. Judul yang ditulis PW diambil dari sebuah sajak karya Goenawan Mohammad, seorang senior wartawan dari salah satu media cetak terbesar di Jakarta. Di cerpen itupun dinyatakan oleh salah seorang tokoh utama mengenai judul itu diambil dari sajak GM.

Mungkin dari sisi seni PW judul tersebut tepat untuk penggambaran cerpen itu. Namun agaknya judul tersebut hanya ungkapan tokoh utama yang telah membaca sajak GM yang mengandung makna dalam.

Sebenarnya, antara judul dan isi cerpen seperti dua hal yang berbeda. Namun keduanya memang sangat cantik, tapi dilihat dari sisi tulisan bagi awam seperti saya kurang ada kaitan. Hanya saja, dua hal itu (judul dan isi cerpen) memang sangat tinggi makna/nilai seni yang terkandung.

Namun izinkan saya untuk mengartikan makna cerpen PW merupakan ungkapan seorang tua yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya, terlebih ketika hari ulang tahunnya. Lalu ungkapan demi ungkapan antara dua tokoh dalam cerpen itu sangat menantang emosional pembaca dengan pertentangan komunikasi keduanya yang saling sahut-menyahut. PW tidak lupa membubuhi sekalimat pada akhir cerpen itu yang membuat pembaca penasaran, apa yang membuat perubahan dalam kehidupan si orang tua itu setelah si pemilik toko bersedia mengantarnya dengan Ferrari merahnya itu.

Tak ada yang negatif dari cerpen PW itu. Cerpen itu sangat menghibur saya ketika puasa romadhon terakhir. Cerpen itu seolah menemaniku saat perbedaan waktu lebaran Idul Fitri 1432 H, tepatnya hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011. Terima kasih PW, atas cerpennya yang bagus. Selesai membaca dan menikmati cerpen PW, saya langsung disambut gema takbiran dari mesjid yang kebetulan saya ikut lebaran yang ditetapkan pemerintah.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline