Lihat ke Halaman Asli

Tujuan dan Cara Menyampaikan Dakwah

Diperbarui: 28 Juni 2024   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Syamsul yakin dan fachrurozy Rama Afsani

Tujuan dan cara menyampaikan Retorika Dakwah

Tujuan Dakwah tertuang dalam makna ayat berikut: “Dan hendaklah ada sekelompok orang di antara kamu yang menyeru kepada kebajikan, mengajak kebaikan dan menjauhi keburukan, mereka akan bahagia” (QS. Ali Imran/3: 104).

Demikian pula: “Kalian adalah sebaik-baik manusia yang dilahirkan manusia, karena kalian menolak kebaikan dan mengharamkan munkar serta beriman kepada Allah. Jika ahli kitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang jahat” (QS. Ali Imran/3: 110).

Teknik untuk mencapai tujuan dakwah, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa melihat keburukan, gantilah dengan tangannya jika tidak mampu, gantilah dengan lidahnya jika tidak dapat menolaknya dengan hatinya. adalah keimanan yang paling lemah” ( Dalam retorika, retorika mempunyai tiga tujuan, yaitu informatif, persuasif, dan lobi. Kelima tujuan retorika ini berkaitan dengan dakwah. Artinya Amar makruf dan Nahi munkar bersifat informatif, persuasif, menyegarkan, mendidik dan memberi semangat.

Dalam menyampaikan pesan, retorika setidaknya memiliki dua tujuan, yaitu monologis dan dialogis. Monologica adalah gaya bicara monolog atau satu arah. Biasanya disajikan pada saat pidato, ceramah dan khotbah. Dialog adalah gaya bicara dialogis atau dua arah.

Dalam Khotbah Nabi, banyak cerita yang memuat khotbah dialogis ini. Pertama, dalam buku tersebut, Fathush Shamad mengutip sebuah Hadits Nabi dari Ibnu Umar. Diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Dalam suatu perjalanan kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba datanglah seorang Arab dari pedalaman.

Nabi menjawab dengan pertanyaan: “Wahai orang malang, mau kemana?” Laki-laki itu menjawab: "Aku ingin kembali ke keluargaku". “Apakah orang malang itu menginginkan bantuan?” canda nabi. Laki-laki itu menjawab, “Ada apa?”

Nabi menjelaskan: "Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dia tidak mempunyai sekutu. Dan (kamu bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya." Namun laki-laki itu malah berkata: “Siapa yang akan menjadi saksi bagimu (untuk membenarkan) perkataan ini?” Nabi dengan lihai menjawab pertanyaan orang-orang Arab pedalaman: “Pohon ini atau buah ini.”

Pohon itu berada di tepi tebing. Ketika bumi mendekatkannya, pohon itu tepat berada di hadapan Nabi menghadap beliau. Setelah itu Nabi mengucapkan Syahadat sebanyak tiga kali. Pohon itu juga mengucapkan syahadat seperti nabi. Kemudian pohon itu meninggalkan Nabi untuk kembali ke tempat asalnya.”

Kedua, Syekh Muhammad bin Abi Bakar menulis dalam al-Mawaidz al-Ushfuriyah bahwa masuk Islamnya Abu Bakar bermula dari sebuah mimpi. Di Syam (sekarang Suriah) dia bermimpi bisa melihat matahari dan bulan di kamarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline