Lihat ke Halaman Asli

Target Audiens Retorika Dakwah

Diperbarui: 28 Juni 2024   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Syamsul yakin dan fachrurozy Rama Afsani

Target audiens Retorika Dakwah

Pada umumnya target audiens retorika dakwah adalah umat baik muslim, kafir maupun munafik. Pada masa awal Islam, Nabi berdakwah berdasarkan perintah Allah yang tertulis dalam Al-Qur'an. Membuat peta sasaran dakwah retoris dapat menunjukkan respon seseorang terhadap Al-Qur'an.

Ayat yang menunjukkan reaksi manusia terhadap Al-Qur'an terukir secara permanen dalam makna ayat: "Kemudian Kami wariskan Kitab itu kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, dan di antara mereka ada orang-orang yang telah berbuat jahat.. dan di antara mereka ada yang biasa-biasa saja, dan di antara mereka ada (juga) orang-orang yang berbuat baik dengan izin Allah (QS. Fathir/32).

Berdasarkan ayat tersebut, kelompok pertama menyikapi wahyu Al-Qur'an dengan menganiaya diri sendiri (zalim linafsih).

Kalimat ini menurut tafsir Ibnu Katsir adalah orang yang mengabaikan beberapa perintah wajib dan malah melakukan beberapa hal yang dilarang.

Misalnya, Quan disuruh menyembah Tuhan, tapi dia malah menyembah berhala. Ketika Al-Qur'an memerintahkan untuk membayar zakat, beliau tidak hadir dan mengabaikannya. Namun ketika Al-Qur'an menyuruhnya melakukan apa yang benar, dia malah melakukan apa yang salah.

Berdasarkan tanggapan mereka terhadap wahyu Al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Inilah tujuan pertama dari pemberitaan retorika.

Kelompok lain memberikan jawaban sebagian atau tidak lengkap, yaitu ragu terhadap kebenaran Al-Qur'an. Ini pun, tulis Tafsir Jalalain, penulis kitab tersebut, setengahnya diamalkan.

Allah menegaskan: "Dan jika kamu (masih) ragu terhadap Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka tulislah (hanya) satu surat seperti Al-Qur'an." (QS. al-Baqarah/2:23).

Ciri lain kelompok kedua ini, menurut Ibnu Katsir, adalah orang yang menunaikan perintah-perintah yang diwajibkan kepadanya dan meninggalkan larangan-larangan yang dilarang, namun terkadang ia tidak melakukan beberapa amalan yang sunnah dan melakukan beberapa amalan yang makruh. (dibenci).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline