Lihat ke Halaman Asli

Eksotika Batu Cadas di Taman Prasejarah Leangleang

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat datang di Taman Prasejarah Leangleang (dok. pribadi)

[caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Selamat datang di Taman Prasejarah Leangleang (dok. pribadi)"][/caption] Taman Prasejarah Leangleang. Mendengar namanya membuat saya penasaran dan bertanya-tanya: apa yang ada di tempat itu sehingga namanya demikian? Apakah tempat itu serupa museum? Ataukah sejenis tempat bersejarah? Ahad (1/1/2015) kemarin saya menjawab rasa penasaran tersebut. Di tengah guyuran hujan yang membasahi Makassar, saya memacu si kuda besi menuju kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. Di kecamatan itulah Leangleang berlokasi. Dalam perjalanan, saya disuguhi pemandangan khas Bantimurung: sawah yang menghampar luas berlatar tebing tinggi yang berselimut pepohonan hijau. Namun pemandangan lain saya temukan ketika masuk ke jalan Poros Leangleang. Di tengah-tengah sawah warga, ramai berdiri batu cadas. Cukup unik bagi saya karena baru kali itu saya melihat pemandangan seperti itu. Di ingatan saya pun terniang informasi: Maros bersama Pangkep merupakan kawasan karst. Makanya di kedua daerah itu banyak ditemukan batu cadas. [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Batu cadas di tengah-tengah sawah warga (dok. pribadi)"]

Batu cadas di tengah-tengah sawah warga (dok. pribadi)

[/caption] Tibalah saya di Taman Prasejarah Leangleang. Suasana taman menyambut saya dari pintu gerbang. Semuanya serba tertata rapi: jalanan taman, bunga-bunga, dan pepohonan yang tampak terawat dengan baik. Di belakang taman, berdiri megah tebing tinggi dengan pepohonannya yang hijau. Terus, apa yang istimewa dari taman itu? Ya, sama seperti yang saya temukan di tengah-tengah sawah warga tadi, di taman Leangleang pun ramai berdiri batu cadas. Cukup memberikan eksotika, terutama bagi yang hobi fotografi. [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Adakah suasana begini di tempat lain? (dok. pribadi)"]

Adakah suasana begini di tempat lain? (dok. pribadi)

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Taman batu cadas (dok. pribadi)"]

Taman batu cadas (dok. pribadi)

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Batu cadas dan pepohonan (dok. pribadi)"]

Batu cadas dan pepohonan (dok. pribadi)

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Luar biasa! (dok. pribadi)"]

Luar biasa! (dok. pribadi)

[/caption] Setelah menikmatinya, saya kemudian lebih suka menamainya taman batu. Ya, batu-batunya lebih ramai dan menonjol daripada bunga dan pepohonannya. Dan tentu saja lebih unik. Keindahan taman semakin sempurna dengan adanya sungai yang membelah taman. Taman sudah terjawab. Terus, prasejarahnya mana? Ya, letak prasejarahnya terjawab dengan adanya dua leang (gua) di bawah tebing: Leang Pettae dan Leang Pettakere. Menurut hasil penelitian arkeolog, dua gua itu dihuni manusia sekira 5.000 tahun lalu. Bukti-bukti peninggalan mereka ditemukan di dalam gua, berupa lukisan dinding: binatang dan telapak tangan, dan alat-alat dapur. Saya belum menyempatkan diri masuk ke dalam gua berhubung Pengelola membatasinya dengan pagar. Kebijakan itu diambil karena banyaknya pengunjung nakal yang mengotori dinding gua dengan tulisan. Pun ada pengunjung yang ingin melihat isi gua, wajib ditemani Pengelola. [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Gua yang dibatasi pagar (dok. pribadi)"]

Gua yang dibatasi pagar (dok. pribadi)

[/caption] Menurut penilaian saya, Taman Prasejarah Leangleang cukup layaklah jadi tujuan wisata. Taman batunya yang unik sangat nyaman bagi wisatawan penyuka taman dan yang hobi fotografi. Setidaknya, taman batu seperti itu jarang ditemukan di tempat lain. Tiket masuk Leangleang sangat murah, hanya Rp 10.000 per orang. Harga itu tentu saja sepadan dengan taman batu dan pemandangan alam yang bisa dinikmati di dalamnya. [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Ada gazebonya juga (dok. pribadi)"]

Ada gazebonya juga (dok. pribadi)

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Taman batu yang indah, bukan? (dok. pribadi)"]

Taman batu yang indah, bukan? (dok. pribadi)

[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="576" caption="Bangsa yang besar adalah bangsa yang memelihara budayanya (dok. pribadi)"]

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memelihara budayanya (dok. pribadi)

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline