Lihat ke Halaman Asli

Rahasia Negara-negara Asia Timur Menjadi Maju (1)

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seperti perkiraan Seorang Futuristic John Naisbith bawa pergerakan ekonomi dan teknologi bergeser dari kawasan Atlantik (Eropa dan USA) ke kawasan Fasifik (USA , Asia timur dan Australia). USA dan Australia merupakan 2 negara yang sudah menjadi pusat perkembangan ekonomi dan teknologi dunia.

Kawasan Asia Timur, Negara Jepang sudah masuk kategori negara maju sejak tahun 1980-an dan disusul oleh Korea Selatan. Sementara beberapa negara kecil seperti Singapura, Taiwan, Hongkong, Makau menjadi negara-negara pendorong tumbuhnya ekonomi di kawasan Asia Timur.

Sebagian orang berpendapat bahwa kemajuan suatu bangsa adalah kemerdekaan bangsa tersebut dari penjajahan. Mungkin perlu dipikir ulang atau atau diubah arti definisi penjajahan di era modern ini. Hongkong dan Makau menjadi negara sejahtera disaat masih dalam penjajahan Inggris dan Portugis. Ekonomi rakyat Palestina masih tergantung kepada Israel sebagai bangsa yang dibencinya, tetapi di saat perbatasan ditutup, jutaan rakyat Palestina kehilangan mata pencaharian dari industri dan perusahaan milik Israel. Pakistan dan bangladesh memisahkan diri dari India dengan harapan dengan memerdekaan diri bisa menjadi bangsa yang lebih maju dibanding India. Tapi kenyataan yang terjadi kedua negara muslim tersebut menjadi negara failure countries (pemerintah yang tidak bisa mengendalikan negara) disaat India bangkit menjadi negara industri film, mobil dan elektronik.

Mungkin semua orang setuju bahwa untuk menjadi negara maju adalah kerja keras. Namun apakah selama ini setiap manusia tidak bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraannya? Kerja keras saja tidak cukup untuk menjadikan sebuah negara menjadi maju. Kultur budaya yang menghambat pembangunan kadang menjadi pengaruh negatif terhadap kemajuan suatu bangsa.

Berdasarkan pengalaman negara-negara industri baru dan negara yang sudah dikategorikan negara maju di kawasan negara-negara Asia Timur dapat diambil kesimpulan bahwa kebangkitan ekonomi dan teknologi di kawasan tersebut dipengaruhi oleh :

1. Merasionalkan Kultur budaya.

Berbagai kultur budaya yang dianggap perlu dipertahankan karena merupakan entitas bangsa sebuah negara kadang menghambat pembangunan suatu negara. Yang menjadi keunggulan negara-negara sejahtera Asia timur adalah bagaimana Kultur budaya bisa diarahkan kepada pembangunan yang rasional.

Kultur budaya utama yang merupakan bagian daripada peradaban adalah agama. Agama monotheisme dipercaya merupakan peradaban yang paling tinggi dibandingkan agama-agama lainnya. Hal ini dibuktikan dengan semakin dominananya penganut agama monotheisme dibandingkan agama-agama lain. Namun dilihat dari tatanan peradaban dominasi agama monotheisme justru menghambat peradaban.

Dominasi kristen terhadap semua sendi kehidupan di Eropa pada abad pertengahan merupakan zaman kegelapan peradaban pada bangsa tersebut sampai munculnya renaissance. Dominasi Islam radikal pada negara-negara Timur Tengah menyebabkan negara-negara tersebut tidak bisa bangkit kembali seperti jaman-jaman pertengahan (golden age) atau sebelum masehi (kerajaan persia).

Yang dimaksud penghambat memang bukan agama secara utuh. Agama juga membawa ruh positif terhadap peradaban. Semangat keagamaan katolik dalam mendirikan sekolah-sekolah berkualitas menjadi nilai positif terhadap pembangunan pendidikan. Semangat keagamaan Islam membaca dan menulis quran pada jaman pertengahan (pemberantasan buta huruf pada saat tsb) menjadi salah satu pendukung peradaban kejayan Islam.

Munculnya negara-negara industri di kawasan Asia timur hampir memiliki pola yang sama diantaranyamayoritas penduduk menganut agama non-monotheisme, Budha, Shinto, Konghuchu dan aliran2 sejenis menjadi mayoritas di negara Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea, Makau, Korea dan China. Walaupun agama monotheisme Kristen dan Katolik berkembang namun bukanlah penganut yang fanatik.

Agama Non-monotheisme secara logika memiliki aturan-aturan yang tidak masuk akal sehingga menghambat pembangunan. Namun perlu diketahui bahwa pondasi agama non-monotheisme tidak sekuat agama monotheisme. Agama Budha (berasal dari India) yang berkembang di China akan berbeda dengan yang berkembang di Jepang atau Singapura. Aturan-aturan ritual berbeda terkondisikan dengan kondisi geografis dan pemahaman masyarakat. Pondasi yang tidak kokoh justru memudahkan modernisasi ajaran-ajaran sehingga hanya menyisakan ajaran yang pro-pembangunan dan menambakan nilai-nilai positif modern terhadap ajaran mereka. Bangsa Eropa memerlukan waktu berabad abad untuk merasional ajaran agama mereka. Tidak sedikit tokoh ilmuan seperti Copernicus, Galileo dan Charles darwin menjadi korban kepanatikan agama monotheisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline