Saya mahasiswi yang sedang tumbuh dan berproses di lingkungan dengan banyak anak muda usia 20-an. Rekanan saya mulai dari yang study oriented, travel oriented, project oriented, event oriented, gabut oriented, pejuang IPK, hingga aktivis dakwah tampaknya sedang galau jodoh. Segala obrolan maupun candaan akan beraroma jodoh dan pernikahan.
Mulanya karena banyak amanah yang diemban, paparan lingkungan yang menantang, gejolak jiwa yang sulit dikendalikan, dan karena merasa sendirian, kami sering berkeluh
A: Laporannyaaa banyaaaakkk, nikahin aja aku Buuk
B: Ini kenapa nggak beres-beres? Suamiku manaa suamikuu??
C: Mbak habis S1 kenapa nggak lanjut kuliah?
D: Capek kuliah, nikah aja dah~
Kadang, kalau lagi sehat nih otak saya mikirnya maka suara ini akan muncul dari hati saya yang terdalam:
Hai, kamu itu tangguh, hebat, cerdas, madiri. Jangan jadikan nikah muda sebagai satu-satunya opsi kamu merasa aman karena ada yang menjaga dan menanggungjawabi. Semua ada waktunya dan sudah diatur olehNya dengan sedemikian indahnya.
Kira-kira kata-kata itulah yang saya putar-putar di kepala saya.
Mari Merenung Sejenak
Memang berat menjaga diri sendiri, apalagi kita anggun dan cantik gitu kan yaa?? wkwkwk. Berat juga kemana-mana sendiri. Walau punya segerombolan teman perempuan, tidak selamanya teman-teman kita ada untuk mendengar keluh kesah kita. Tapi justru bukankah dalam hal ini kita sedang ditempa untuk jadi lebih hebat lagi? Berlatih menjaga diri sendiri sebelum menjaga anak-anak suami kita nanti. Terbiasa kemana-mana sendiri agar kelak ketika ditinggal suami kita tetap mandiri dan bisa mobilisasi. Tak ada teman untuk berkeluh kesah tak jadi masalah, malah membiasakan diri untuk tidak mudah menyerah, atau malah bisa menjadi waktu yang tepat untuk kepadaNya kita berserah.