Lihat ke Halaman Asli

"Improvement" Pengembangan Kelistrikan Sistem Lombok

Diperbarui: 24 Mei 2018   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Pulau Lombok adalah sebuah pulau di provinsi Nusa Tenggara Barat dengan total luas area 146.807 km2 dan populasi penduduk mencapai 3.474.247 jiwa, atau sekitar 1,85% penduduk Indonesia pada tahun 2017. Pulau Lombok saat ini telah menjadi destinasi wisata alternativ setelah Pulau Bali, potensi wisata pulau Lombok sudah di akui oleh masyarakat baik masyarakat Indonesia sendiri maupun masyarakat luar negeri.

Seiring dengan perhatian masyarakat akan potensi Pulau Lombok, dari data statistik juga menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pulau Lombok juga meningkat melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Dari data BPS pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 tanpa tambang sebesar 7.1 %. Jika merujuk pada data penggunaan tenaga listrik terjadi peningkatan sebesar 4.7 % pada tahun 2017 yang juga berada diatas rata-rata nasional.

Menilik potensi energi yang dimiliki Pulau Lombok, banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan energi di sistem Lombok yang lebih baik. Salah satu keuntungan dari kondisi geografis Pulau adalah terdapat potensi energi panas bumi di bagian Utara Pulau Lombok (daerah Sembalun). Potensi pembangkit mini-hydro juga terdapat di Pulau Lombok tersebar di seluruh area, dimana saat ini telah terbangun PLTMH yang dapat mensupplay listrik untuk seluruh pelanggan di sisi Lombok Utara.

Sistem kelistrikan Lombok melayani kebutuhan listrik di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Beban puncak tertinggi tahun 2018 diperkirakan mencapai 238,0 MW atau naik 4,7% terhadap realisasi tahun 2017.

Pasokan daya ke Sistem Lombok diperoleh dari pusat-pusat listrik di dalam sistem yang dikelola oleh PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Lombok Wilayah Nusa Tenggara Barat, Pembangkit Sewa dan IPP (Independent Power Plant).

Berdasarkan RUPTL PT PLN (Persero) Tahun 2018-2027, direncanakan penambahan pembangkit baru dengan kapasitas total sekitar 510 MW dan reserve margin berkisar antara 24% sampai 53%. Kondisi reserve margin 53% tersebut terjadi pada tahun 2021 akibat dari penggunaan unit size yang cukup besar. PLTU yang dikembangkan di Nusa Tenggara menggunakan unit size 50 MW, merupakan unit size terkecil yang masih ekonomis untuk dikembangkan, namun relatif cukup besar apabila dibandingkan dengan beban puncaknya sehingga mengakibatkan reserve margin yang cukup besar.

Untuk memprediksi biaya penyediaan tenaga listrik di Sistem Lombok kami menggunakan aplikasi perangkat lunak EnergyPLAN yang dikembangkan  oleh Kelompok Penelitian Perencanaan Energi Berkelanjutan di Aalborg University, Denmark. Aplikasi perangkat lunak ini mensimulasikan operasi sistem energi nasional setiap jam, termasuk listrik, pemanas, pendingin, industri, dan sektor transportasi. Namun pada artikel ini kami hanya fokus pada simulasi ketenagalistrikan.

Data-data yang diinputkan berdasarkan informasi dari RUPTL PT PLN (Persero) tahun 2018-2027 meliputi data Proyeksi penjualan energi listrik di system Lombok tahun 2027 sebesar 2.845,21 GWh dan informasi penambahan pembangkit untuk sistem Lombok. Data dari DEN berupa OEI 2016 (Outlook Energy Indonesia) juga digunakan untuk memperoleh informasi biaya investasi tiap pembangkit baru yang akan masuk.

Selain dari data diatas, beberapa asumsi biaya bahan bakar yang digunakan dalam analisa diantaranya:

  • Harga batubara untuk listrik       : 70 USD/ton 
  • Harga fuel oil                                      : 72.02 USD/barrel
  • Harga Diesel                                        : 119.64 USD/Barrel
  • Harga Natural Gas                            : 8.5 USD/MMbtu 8.5/1.05 Gj
  • Kurs Rupiah terhadap Dollar       : Rp 13.500/USD
  • CO2 price                                               : 30 USD/ton
  • Suku bunga                                          : 7%

Dengan data tersebut dilakukan simulasi energy plan terhadap system Lombok untuk dapat memprediksi biaya penyediaan tenaga listrik  pada tahun 2027. Dari hasil simulasi diperoleh informasi hasil bauran energi dan total emisi seperti ditunjukkan pada table berikut

Dokpri

Dari informasi diatas, dapat kita simpulkan jika dalam RUPTL 2018-2027 untuk system Lombok pengembangan Energi baru dan terbarukan kedepan tidak akan signifikan. Pembangunan pembangkit di dominasi oleh pembangkit fosil (batubara dan gas) yang akan meningkatkan emisi CO2 seiring dengan pertumbuhan beban yang juga meningkat.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline