Lihat ke Halaman Asli

Farhan Ali Asyari

Mahasiswa Hukum Keluarga (STISHK)

PEDANG BERMATA DUA DIALEK DIGITAL "Melestarikan Budaya Atau Melemahkan Bahasa"

Diperbarui: 1 November 2024   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedang bermata dua | sumber gambar : Faalas

Banyaknya pengguna suatu media massa daring Nasional di Indonesia itu harus kita ketahui daerah mana yang sering dan paling banyak meng-upload ke media masa tersebut, karena hal ini secara tidak langsung mendominasi dan menguasai kuantitas dalam pengenalan bahasa bahkan menjadi branding pada bahasa daerah tersebut yang membuat kita menjadi tidak asing dengan bahasa daerah tersebut karena sudah banyak kita jumpai di setiap media massa daring membuat hal tersebut menjadi lumrah, sampai kita juga sesekali menggunakan bahasa daerah tersebut dalam berkomunikasi di media sosial maupun langsung baik secara lisan maupun tulisan.

Mengenai terjadinya hal tersebut saya sebagai penulis dapat menemukan dampak yang akan timbul di kemudian hari. Pasti kita juga sudah mengetahuinya bahwa setiap persoalan itu memiliki dua sisi yaitu pro dan kontra, menurut Bejamin Bloom, "Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan yang melibatkan dua aspek, positif dan negatif, yang memengaruhi sikap seseorang terhadap objek tertentu" tidak jauh dari itu juga dalam persoalan ini ternyata terdapat  perbedaan dan kesinambungan akibat yang terjadi dari sisi dampak positif hingga negatifnya. Pada kesempatan kali ini, saya sebagai penulis akan membahas kedua dampak yang terjadi akibat banyaknya peranan pengguna dari suatu daerah dalam meng-upload suatu berita, opini, maupun informasi di media massa mempengaruhi bahasa Indonesia.

Dampak positif akibat terjadinya hal tersebut adalah kita dapat belajar bahasa untuk pengembangan keterampilan kita dari segi komunikasi dan kognitif yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari serta menambah wawasan pengetahuan kita terhadap bahasa-bahasa daerah yang membuat kita bisa memahami budaya dan tradisinya, dengan bahasa juga memudahkan kita dalam berinteraksi untuk membangun keakraban serta menciptakan hubungan yang lebih baik dan saling menghargai, dengan mengetahui bahasa daerah kita juga turut serta dalam membantu melestarikan identitas budaya dan warisan lokal yang penting dalam mengahadapi era globalisasi. Jika semuanya seperti itu maka kita sesama warga negara Indonesia bersatu dalam Bhineka tunggal Ika dan sama-sama saling menguatkan satu sama lain khususnya dalam melestarikan dan mengenalkan budaya berbahasa daerah dari Indonesia untuk dunia. Sebagaimana menurut Gunawan Santoso dan Murod, "Pentingnya wawasan nusantara dan kearifan lokal dalam pembangunan berkelanjutan, serta promosi nilai-nilai budaya Indonesia di kancah internasional."

Dampak negatif akibat terjadinya hal tersebut adalah kita sebagai warga negara Indonesia yang menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia cenderung kurang memahami bahasa baku dikarenakan terbiasa menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah membuat kurangnya kemampuan berbahasa secara formal, kesalahpahaman dalam komunikasi terutama ketika terjadi pelokalan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah baku, campur aduk bahasa ini dapat merusak tatanan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mengikis rasa keindonesiaan dikarenakan kita sering menjumpai dalam media massa daring berskala nasional menggunakan bahasa daerah yang dicampur dengan bahasa Indonesia, nah dari sebab itu kita sudah terbiasa dengan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa daerah membuat kita luput bahwa hanya bahasa daerah tersebut yang sering digunakan padahal bahasa daerah di Indonesia tidak hanya itu saja.

Dapat kita ketahui bahwa dampak positif dan negatif diatas merupakan bentuk dari tantangan kelestarian bahasa Indonesia dan bahasa daerah di era perkembangan teknologi dan informasi saat ini, sudah sepatutnya kita sebagai masyarakat perlu mengetahui wawasan kebangsaan karena itu sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk menciptakan kerukunan dalam berbahasa dengan mengedepankan nilai-nilai Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Wawasan ini membantu mengintegrasikan berbagai suku dan budaya, sehingga perbedaan bahasa daerah dapat memperkaya komunikasi, bukan memecah belah. Dengan menghargai keragaman dan menerapkan nilai Pancasila yang menekankan gotong royong, masyarakat dapat membangun identitas bersama yang mendukung penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara harmonis dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Bambang Soesatyo, "Ketua MPR RI, yang mengingatkan bahwa wawasan kebangsaan perlu dibangun untuk menghadapi tantangan kompleks di era digital, termasuk dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi."

Kesimpulan dampak dan pengaruh media massa daring terhadap penggunaan bahasa di Indonesia. Banyaknya pengguna dari berbagai daerah yang aktif mengunggah konten di media daring mempengaruhi penyebaran dan pengenalan bahasa daerah, yang dapat memperkaya interaksi budaya dan komunikasi. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan bagi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, karena campuran antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia dapat mengurangi pemahaman terhadap bahasa baku. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam penggunaan bahasa, dengan tetap menghormati keragaman budaya dan nilai-nilai kebangsaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline