Lihat ke Halaman Asli

Lelaki yang Menangis

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_163900" align="alignleft" width="182" caption="Oxford Crying Man"][/caption] Rabu 19 September 2007, waktu telah mendekati pukul satu malam, lelaki itu masih serius bergelut dengan laptopnya, memfilter satu per satu isi inbox email yang sudah sekian lama tidak ia buka. Telepon genggamnya kemudian bergetar, satu pesan diterima, "Ada kok, dikirim tanggal 2 Juni ke email Yahoo kamu.". "OK, let me check first." balas lelaki itu. Setelah sekian menit bergumul di antara puluhan ribu email, matanya tertuju pada satu email, ya, email perempuan itu, hanya bersubjek "....", dikirim tepat tanggal 2 Juni. "I got it.." sebuah pesan singkat segera ia kirimkan ke perempuan itu. Email pun dibuka, sebuah dokumen attachment berjudul "why..", segera ia membacanya; *** 13.05.2007 Setelah judul skripsiku ditrima, aku sangat senang dan bersyukur. Semangat banget ngerjain skripsi. Thanks GOD. Hari ini aku kembali ke rumah untuk istirahat beberapa saat dan tentunya aku pamit pada Batman (super hero in my heart) walaupun sudah 2 bulan belakangan ini sikapnya agak beda (mungkin ada yang salah dariku, entahlah, aku sendiri ngga tau apa salahku, atau mungkin juga dia memang benar-benar sibuk dengan kerjaannya). Setibanya aku di rumah, dia SMS menanyakan kabarku, jujur aku seneng banget. Malam semakin larut aku dan dia masih ber-SMS ria (duh, udah lama banget ngga SMS-an begini, rasanya seneng banget). Tapi kesenanganku itu ngga lama, beberapa pernyataan dalam SMS-nya justru membuat aku terkejut. SMS yang aku kirim "Tolong jujur, sebenarnya kamu masih sayang ngga sih sama aku?" Dan jawaban yang aku dapat dari SMS-nya adalah "Aku sayang sama kamu, dan mau seterusnya begitu, tapi maaf aku belum bisa sepenuhnya sayang sama kamu, dan aku takut ngga akan pernah bisa." Aku bingung dengan pernyataanya, lalu aku tanya "Kenapa?" Dan di luar dugaan dia bilang "Aku ngga bisa membuang seseorang dari hatiku. Maaf, dia udah bukan milikku, tapi jejak kaki yang dia tinggalkan di hati dan pikiranku ngga bisa aku hapus. Aku memang ngga adil sama kamu, tapi maaf.." Aku sempat shock baca sms ini tapi aku coba untuk menenangkan perasaan dalam hatiku yang penuh dengan emosi. Rasa yang benar-benar bercampur aduk. Aku berusaha semaksimal mungkin menepis apa yang baru saja aku baca, dan kemudian aku memastikan sekali lagi apa yang telah aku baca. "Jadi itu yang selama ini membuat kamu menghidar dari aku? Kamu becanda kan?" Lalu jawabnya "Ngga, sekarang aku jujur. Aku sudah terlalu banyak nyakitin hati wanita, dan sebenarnya aku ngga mau ini terjadi sama kamu, maaf. Aku memang egois, menyimpan perasaan untuk orang lain sambil berusaha menyayangi kamu, maaf." Malam ini membuatku hanya mampu mengeluarkan air mataku, dan tanpa panjang lebar lagi aku langsung menanyakan status hubunganku dengannya, tapi dia hanya menjawab "Besok malam aja, aku mau istirahat dulu. Yang jelas aku masih sayang sama kamu." Sejujurnya aku ngga bisa marah sama dia, aku sayang sama dia. Kalaupun aku marah, apa itu bisa merubah dia untuk tidak memikirkan perempuan itu lagi? Sepertinya tidak! Menyedihkan, ternyata di hati dan pikirannya cuma ada wanita lain. Aku ngga tau lagi harus gimana, sedih rasanya. Ya Allah, berikan jalan keluarnya. 14.05.2007 Malam ini aku menunggu SMS darinya seperti yang dia janjikan, ternyata ngga ada. Menyedihkan...!! 15-16.05.2007 Tetap ngga ada, mungkin dia sibuk kali ya. Aku takut apa yang aku pikirkan terjadi. Kenapa ya kok dia tega seperti ini sama aku, padahal dia tau kalo aku ngga bisa terima kalau ada wanita lain, apalagi sekarang wanita itu ada di hati dan pikirannya. Apa aku egois kalau aku menahan dia untuk tetap denganku? Aku ngga mau kehilangan dia.. 17.05.2007 Ada tamu. Kura-kuraku, yang 1 mati, sedih banget. 18.05.2007 Dia mungkin telpon sampai 8x, tapi aku ngga tau, sibuk sama tamu yang nginep di rumah. Sorry ya Han.. 20.05.2007 Aku ngga bisa marah sama dia, karena aku sayang banget. Tapi kenapa ya kalau aku pikirin, makin lama hatiku semakin sakit, mungkin hatiku ngga bisa menerima semua ini. Aku bukan orang yang kuat buat menghadapi situasi seperti ini. Kepalaku kok sakit ya? Ada apa lagi dengan perutku, rasanya mual banget. Oh, GOD... 21.05.2007 Semalam penyakitku kambuh lagi. Dokter bilang besok aku harus puasa untuk periksa darah dan tes urine lagi. Oh, GOD... Malamnya dia baru SMS tanya apa aku udah di Jakarta atau masih di rumah. Aku baru pulang dari dokter. Aku ingat dulu dia bilang, cerita ke dia kalau ada apa-apa denganku. Aku memang cerita kalo penyakitku kambuh, tapi, kalau aku pikir-pikir lagi, aku harus sadar bahwa aku ngga boleh bebani dia lagi dengan diriku yang penyakitan ini. Apa lagi dalam hati dan pikirannya ada wanita lain, BUKAN AKU. Meskipun dia bilang dia ngga terbebani, tapi dia terus minta maaf karena perasaan bersalahnya. Entahlah, aku udah ngga peduli dengan penyakitku ini. 22.05.2007 Tadi pagi aku tes darah dan urine di laboratorium klinik utama Cito. Hasilnya, aku harus bed rest seminggu (maafin aku Pap, Mam). Skripsiku tertunda lagi, aku belum bisa ke Jakarta. 23.05.2007 Aku ngga boleh membebani orang-orang yang sayang sama aku, sudah terlalu banyak orang yang aku bebani. Super hero in my heart udah sayang dan baik banget sama aku selain keluargaku, meskipun saat ini di hati dan pikirannya ada wanita lain. Aku ngga mau dia terbebani dengan diriku lagi. Daripada dia terbagi hati dan pikirannya, akan lebih baik aku mundur. Berat buat ambil keputusan ini, tapi sekarang aku sadar aku egois kalau aku menahan dia untuk tetap bersamaku hanya karena aku ngga mau kehilangan dia, sedangkan di hati dan pikirannya bukan ada aku, tapi wanita lain. Aku bukan orang yang kuat buat menghadapi situasi seperti ini. Aku butuh waktu untuk sendiri, mungkin akan lebih baik aku mundur dan lebih baik dia bebas, menentukan pilihan hidupnya tanpa dibebani aku lagi. Dia berhak untuk suka dan sayang sama wanita lain (maafin aku ya Han, mungkin dengan persahabatan seperti dulu aku ngga akan kehilangan kamu dan mungkin kamu ngga akan kehilangan aku..) 25.05.2007 Orang tuaku sedang keluar rumah, adikku sedang pergi latihan Paskibra, waktunya buat ke warnet nih. Hehe, maaf ya, aku ngga kabur, cuma mau ke warnet bentar doang kok. Pulang dari warnet ketauan sih, agak diomelin dikit sama orang tua ngga apa-apa. Tapi waktu di warnet... Aku sedikit kecewa, ngga nyangka aja kalau jadinya gini.. I think you're not you.. Aku cuma tulis email dari kata-kata Rainer Maria Rilke yang pernah dia kirim buat aku, "Sometime, I lose something, I lose someone, but someday I found more exciting the end, and one day after, I must be strong to lose you." 26.05.2007 Farhan, kenapa sih harus jadi begini? Sepertinya kamu sangat benci sama aku. Apa aku salah kalau aku bukan orang yang sanggup untuk terima semua ini? Aku pikir kita masih bisa bersahabat seperti dulu. Kalaupun di antara kita ada yang harus pergi, biar aku yang pergi sejauh mungkin dari kehidupan kamu. Aku ngga akan ganggu kamu kalau menurutmu aku sangat mengganggu kamu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kamu sama aku selama ini. Semoga kamu mendapatkan orang yang lebih baik daripada aku. Aku mohon maaf atas semua salahku selama ini. Thanks a lot. 27.05.2007 Ngga ada lagi cerita.. 28.05.2007 ........................ .................. ............. *** Air mata lelaki itu pun menetes, diraihnya telepon genggam, memilih satu nama dari daftar kontak, dan menekan tombol call. "Assalamu'alaikum" sahut perempuan di ujung telepon. "Wa'alaikumsalam" jawab lelaki itu dengan suara bergetar, "Aku udah baca." lanjutnya. "Terus?" tanya perempuan itu. "Kenapa sih harus kayak gini?" lelaki itu balik bertanya, air matanya terus mengalir. "Aku ngga tau Han." jawabnya. "Kenapa harus gini? Kenapa email itu harus masuk ke Yahoo? Aku udah bilang kan, jangan kirim email ke Yahoo. Kenapa juga harus tanggal dua? Kenapa kamu ngga kasih tau aku dari dulu?" Lelaki itu berusaha menekan, rentetan tanya yang tidak mungkin ia temukan jawabannya, air matanya mengalir kian deras, berusaha sekuat mungkin menahan sakit dalam dadanya. "Aku ngga tau Han, waktu itu aku minta tolong adikku yang kirimin emailnya, aku pikir kamu udah baca, makanya waktu tanggal tiga kamu putusin aku, aku terima, aku juga sakit Han." jawab perempuan itu, suara tangis terdengar lirih di ujung telepon. Lelaki itu diam. "Udahlah Han, mungkin emang udah seharusnya kita kayak gini." perempuan itu melanjutkan. "Terus?" lelaki itu masih berusaha menekan. "Terus apanya? Udah Han, ngga ada lagi yang bisa diubah, aku ngga bisa Han, aku udah punya orang lain, ngga mungkin Han." Lelaki itu terdiam, memeluk bantalnya seerat mungkin sambil menahan sakit di dadanya, air matanya terus mengalir. "Aku jahat ya? Secepat itu kamu ngelupain aku dan milih dia? Aku emang ngga pernah ada saat kamu butuh, aku emang ngga pernah ngelakuin apa yang dia lakuin, aku emang ngga pernah kasih apa yang dia bisa kasih ke kamu. Kamu tau, andai tanggal dua itu aku baca email ini, ngga mungkin tanggal tiga aku mutusin kamu gitu aja." Lelaki itu berusaha membela diri. Tangis perempuan itu terdengar semakin kencang, "Han, dua bulan aku udah berusaha sabar, karena aku sayang Han sama kamu, tapi kamu? Aku pengen ketemu kamu tapi kamu selalu bilang ngga bisa, kamu sakit, aku pengen jenguk tapi kamu bilang ngga boleh." jeda tangis bersahutan, "Dua bulan Han kamu nyuekin aku, aku bingung Han, aku ngga tau salah aku tuh apa sampe kamu berubah gitu, aku coba sabar Han, aku bener-bener sayang sama kamu, sampe waktu kamu bilang kamu masih mikirin cewe itu, jujur aja aku bener-bener sakit Han, aku ngga nyangka." hanya ada suara tangis yang semakin menjadi, "Udahlah Han, aku cape, aku sakit, aku ngga kuat." Telepon pun ditutup dengan suara tangis. Lelaki itu terbaring dalam tangis, sejuta penyesalan berkumpul dalam hati dan pikirannya. Tiga tahun lalu mereka bertemu. Delapan bulan lalu ia dan perempuan itu masih saling menyayangi, berjanji untuk segera menikah setelah lebaran tahun ini. Aku memang laki-laki egois, aku selalu ragu dengan segala rasa sayang yang telah kamu berikan, sampai aku bertindak bodoh dengan mengatakan aku memiliki wanita lain dalam pikirankuhanya sekedar untuk mendapatkan jawaban atas keraguanku tanpa sedikitpun aku pikirkan tentang kamu yang sangat terluka oleh perbuatanku. Bodoh! Dua bulan perempuan itu dibiarkan dalam kebimbangan, tepat tanggal 3 Juni, sebuah pesan singkat Ia kirimkan, "You're free now, if you want cos I don't.." Semua berakhir hari itu. Sebulan kemudian, lelaki itu merasa telah cukup waktu untuk mengajak perempuan itu kembali, berharap saat itu dia akan tahu betapa perempuan itu mencintainya, tapi perempuan itu menolak. Ia terus mencoba, dan perempuan itu tetap menolak. Dua bulan kemudian, pertengahan September, Ia tahu alasan perempuan itu menolaknya. Ya, perempuan itu telah memilih laki-laki lain. Sampai satu malam, 18, malam 19 September, perempuan itu mengingatkan tentang email yang pernah ia kirimkan, catatan harian tentang kepedihan yang ia rasakan. Lelaki itu hanya bisa menangis, dengan sejuta penyesalan yang berkumpul dalam hati dan pikirannya. --- Dari catatan harian sepasang kekasih di pertengahan November 2007, dengan beberapa perbaikan dari aslinya. Gambar diambil dari: http://www.sodahead.com/living/is-it-ok-for-a-man-to-cry/question-261146/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline