Lihat ke Halaman Asli

Siapa Kita?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari tidak ada menjadi ada. Sama-sama terlahir dari perut seorang ibu. Meski mungkin caranya berbeda, tapi tujuan kita tetap sama yaitu menjadi khalifah di muka bumi. Kita hidup di dunia yang sama, beratapkan langit yang sama dan bertuhankan Allah Yang Maha Esa, Tapi hal itu tidak membuat kita punya pola pikir dan akhlak yang sama. Banya Faktor yang membuat kita berbeda, mungkin lingkungan keluarga, lingkungan sekitar dan cara mendidik adalah sebab akibatnya.

Namun, siapa pun kita dan seperti apa pun pola pikir kita, kita tetaplah seorang hamba yang tidak berdaya dan tidak punya apa-apa tanpa kasih sayangnya Allah. Gaun yang indah yang sedang kita kenakan sekarang tidak lain adalah pemberiannya Allah. Desah nafas, detak  jantung, suara yang merdu dan kelincahan dalam berkata-kata adalah semua anugrah dari Allah Yang Maha Pengasih. Ini semua adalah nikmat yang Allah beri walau kita tidak memintanya. Bahkan kadang atau kita sering lupa mensyukurinya.

Dari semua nikmat yang Allah beri, Dia menginginkan agar kita memanfaatkannya sebaik mungkin. Ketika Allah karuniakan kita lidah yang fasih, maka Allah ingin kita dengan lidah yang fasih menjadi penyeru ke jalan yang benar jalan yang di rahmati Allah, bukan jalan yang dimurkainya. Ketika Allah memberikan kita otak yang cerdas, maka sesungguhnya Allah menginginkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur dengan memikirkan keagungan dan keindahan alam ciptaan-Nya. Ketika Allah memberikan kita dua mata yang dengannya kita bisa melihat, sesungguhnya Allah menginginkan melalui dua mata tersebut kita mengakui kemahakuasaan Allah dan dengannya kita merasa diri tak memiliki apa-apa dan segala Puji Hanyalah Milik Allah Rabb semsesta Alam.

Begitu banyak nikmat yang Allah karuniakan kepada kita hamba-Nya dan nikmat itu tidak akan pernah bisa kita tuliskan walau lautan menjadi tintanya dan ranting-ranting menjadi pena, maka habislah lautan itu sebelum nikmat habis kita tuliskan. Nmaun, mari kita renungkan, seberapa banyak kita bersyukur atas nikmat yang Allah karuniakan kepada kita.

Apakah dua mata yang Allah berikan sudah benar-benar kita gunkan untuk melihat keindahan ciptaan Allah, atua malah kita gunakan untuk bermaksiat seperti melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

Apakah dua kaki yang diberikan oleh Allah sudah kita gunkan untuk mendirikan sholat, menuntut ilmunya Allah menuju majelis-majelis yang dirahmati-Nya, Menjemput rezeki yang Allah janjikan, atau hanya kita gunakan untuk hal-hal yang membuat kita jauh dari mengingat Allah.

Sebelum kita benar-benar lupa siapa diri kita, marilah kita renungkan bahwa hidup ini hanyalah persinggahan sebelum kita sampai ke alam yang lebih kekal alam yang sesungguhnya. Kita tidak tidak hidup di dunia ini kecuali hanya sebentar saja, dan sangat singkat. Kita hanyalah seorang hamba yang Allah karuniakan umurnya untuk mengabdi kepada-Nya sebagai bekal nanti di akhirat kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline