Lihat ke Halaman Asli

Firsty Relia Renata ST

Belajar Bersyukur

Dan Angsa Itu telah Pergi

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13031203611849371564

Tetangga satu blok kami ada yang memelihara sepasang angsa putih, yang mulai dari subuh, sore, sampai malam bersuara ribut.. "Mekk.. mekk..mekk.." (suara berdasarkan versi pelafalan anak kami) Warga di jalan blok kami sudah terbiasa dengan angsa-angsa tersebut yang berkeliaran di depan rumah-rumah, berendam di selokan, duduk di depan pagar, dan suara brisiknya sudah akrab di telinga. Meskipun bebas, tak sekalipun angsa-angsa tersebut pindah ke blok lain, hanya di gang kami, dari ujung sampai pertengahan. beberapa waktu yang lalu, bapak di depan rumah bercerita, bahwa pada siang hari ada pengendara sepeda motor yang menarik leher angsa-angsa tersbut untuk dibawa pergi. Ketika tetangga bertanya mau dibawa ke mana angsanya, si pengendara mengakui bahwa angsa-angsa itu miliknya. Tentu saja tetangga yang mendengar hal itu langsung menampiknya karena mengetahui dengan benar siapa pemilik angsa-angsa tersebut. Akhirnya si pengendara motor kabur setelah angsa-angsa berkaok ribut berusaha melepaskan diri. Hari ini, pagi menjelang siang.. Saya membuka pagar, dan melihat bulu angsa bertebaran... Ternyata satu dari sepasang angsa itu mati tertabrak. Mungkin motor atau mobil. Tanpa luka, terkulai tak berdaya. Suara angsa yang ditinggalkan tidak lagi riang dan ribut seperti biasa, melainkan seperti menangis. Pelan dan parau. Sesentipun tidak mau meninggalkan pasangannya yang sudah tak bernyawa. Setiap orang yang mendekati untuk meminggirkan mayat angsa yang mati diteriakinya dengan membuka paruhnya sambil berteriak parau seakan mengancam. Si empunya belum pulang sampai sore ini. Makanan yang disediakan tetangga untuk angsa yang ditinggal pergi tidak disentuh sama sekali. Ia tetap menjaga pasangannya yang mati. Mati... selalu meninggalkan kepedihan bagi yang ditinggalkan... Kenapa? Di jalan blok yang hanya memiliki lebar tidak sampai 5 meter, jalan conblock berlubang, tetap bisa menghasilkan kematian? Salah angsa, salah pemilik angsa, atau salah pengendara?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline