Lihat ke Halaman Asli

Wabah Kesakitan, Tumbuhnya Harapan

Diperbarui: 3 April 2020   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi terang, malam semoga tetap benderang
Sisanya bagaimana nanti, ketika hidup tak lagi bimbang

Suara bising mulai menghilang
Berganti denging sirine ambulans
Ia meratapi takdir, dari dalam jendela kaca

Di timur, jerit sakit terdengar lagi
Satu, dua, seribu, puluhan ribu
Sampai angka-angka terbilang menjadi debu

Di barat, tak kalah terpekik
Rintih kepedihan dan urai ketakutan
Seiring waktu terdengar bersilihan

Kapan lenyap tanya kita?
Juga tanya mereka?
Tiada jawaban diterima
Kecuali tersirat pada murungnya manusia

Mematikan, kehidupan ini mematikan
Dengan atau tanpa virus
Ujung dari kehidupan adalah kematian

Tapi kita tidak akan pernah siap, tidak akan
Apalagi jika harus mewariskan rasa sakit
Meninggalkan derita tanpa tahu kapan lagi bahagia

Semoga waktu kian cepat berlalu
Agar tiada lagi kerundungan
Agar tiada lagi ketakutan

Tugas kita sekarang hanya satu
Menanamkan kembali harapan
Sambil mencoba saling memaafkan
Antara kita dengan bumi, juga dengan seisi semesta

Selayaknya kehidupan dan kematian
Harapan pun akan selalu menemukan jalan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline