Airlangga Hartarto Caketum Golkar
Perhelatan politik internal Partai Golkar yang akan dilaksanakan di Bali telah membuka mata khalayak publik Nasional. Pasalnya pada Munaslub nanti akan ditentukan siapa yang akan menahkodai partai Golkar kelak, menyelamatkan partai Golkar dari ceruk ombak yang menggulung. Hal ini penting diketahui, mengingat Golkar merupakan partai terbesar dengan lingkup sejarah sejalan dengan Indonesia meretas masa-masa pembangunan di era orde baru Pak Soeharto.
Setelah sebelumnya didera konflik dualisme kepengurusan yang berakibat pada stagnansi gerakan dan konsolidasi partai hingga elektabilitas terjun bebas di angka 7% menurut survey yang dilakukan. Golkar pasca munaslub nanti diharapkan akan menemukan kembali irama permainannya menuju apa yang dicitakan. Partai ini berjejal kekuatan dari segala lini, bagi saya Partai Golkar merupakan partai paling lengkap kekuatan dan sumber dayanya. Jika partai politik hari ini memanfaatkan kekuatan figur sebagai modal utama mengangkat elektabilitas, Golkar memiliki kader hingga tingkatan desa-desa yang tak mati jika figur sudah kehilangan efek keterpilihan. Kader-kader hingga tingkatan desa ini membuat Golkar masih disegani sebagai sebuah kekuatan politik dewasa ini.
Sebagai partai yang berbasis pada kader maka kekuatan penyokong kantong suara di daerah-daerah pun harus mendukung untuk suara Nasional. Sebab itulah bukan tanpa alasan jika ketua umum terpilih kelak harus mampu merangkul seluruh elemen kader partai Golkar, tak boleh ada kader yang ditinggalkan. Ketua umum terpilih juga harus berfikir keras bagaimana cara mengkonsolidasikan dan mengintegrasikan seluruh elemen Partai menuju cita-cita berdasar Visi Misi yang telah digariskannya.
Golkar harus kembali pada jalur kejayaannya, ini tagline yang banyak didengungkan para calon ketua umum Partai Golkar dan tim suksesnya. Sederhana alasannya, selepas orde baru, walaupun masih jumawa dengan selalu bercokol di 3 besar peringkat partai terbanyak peraih suara pada pemilu, namun hal itu tidak membawa Golkar pada kejayaan yang kaffah dengan indicator menangkan pemilu dan tempatkan kader terbaiknya sebagai Presiden ataupun Wakil Presiden.
Itulah perspekif yang wajib dibawa pada Munaslub. Karena agenda politik kedepan akan membuat energi harus tercurah seluruhnya bagi kemenangan Partai. Pilkada serentak yang akan bergulir pada 2017 dan 2018 juga Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden di 2019 merupakan hajat politik terdekat. Barisan perang yang berteduh dibawah rerimbunan beringin sudah mengatur strategi, siapkan persenjataan dan mental bertarung. Tinggal satu yang kurang, panglima perang yang harus berada di barisan terdepan mengawal setiap gerak langkah para ksatria yang akan berjibaku membawa nama besar Partai Golkar di pentas politik daerah maupun nasional pada 2017, 2018 dan 2019 nanti.
Munaslub Golkar tentu adalah sebagai sarana pengambilan keputusan tertinggi di partai, selain daripada itu, munaslub menjelang diharapkan dapat menjadi wadah berkonsolidasi dan silaturahmi antar sesama kader partai di waktu yang tepat. Berkonflik selama satu setengah tahun sudah menghabiskan banyak energy bagi pengurus maupun kader partai. Membuat lemah setiap sendi dan nadi di tubuh Partai Golkar, hal ini terbukti dari tak dapat jumawanya Golkar dalam pilkada serentak pada 2015 silam dengan mencatatkan kemenangan di 49 daerah dari 208 daerah yang dipertarungkan pada pilkada. Golkar di titik nadir.
Momentum Munaslub kelak menjadi titik balik dari segala dera derita yang terjadi. Harapan besar diletakkan pada punggung para calon ketua umum yang akan berkontestasi nanti. Ada 8 calon ketua umum yang sudah dinyatakan sah dapat mengikuti munaslub, yaitu Airlangga Hartarto, Ade Komarudin, Aziz Syamsudin, Setya Novanto, Priyo Budi Santoso, Mahyudin, Syahrul Yasin Limpo dan Indra Budi Utoyo.
Seluruh nama tersebut merupakan kader terbaik Partai yang dirasa ideal dan memenuhi syarat PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas, tak tercela). Masing-masing mereka membawa visi untuk kembalikan kejayaan Partai Golkar. Mengemban amanat sebagai ketua umum Partai Golkar memang bukanlah tugas yang ringan, justru adalah hal yang berat dengan membawa kejayaan sejarah dan nama besar, ketua umum terpilih diharuskan menjadi panglima perang yang mengibarkan kembali panji-panji kebesaran partai berlambang beringin ini.
Penentuan tentang masa depan Golkar akan ditentukan oleh 563 pemilik suara dari DPD 1 dan 2. Diharapkan hati nurani yang diutamakan dalam memilih Ketua Umum nanti, karena visi dan misi akan menentukan arah berjalannya Golkar selama 3,5 Tahun kedepan. Mimpi untuk kembalikan kejayaan Golkar bukanlah mimpi satu malam yang lantas tersadar karena lelah tertidur panjang.
Sebagai partai kader, cita-cita kembalikan kejayaan Golkar adalah cita-cita bersama dan berbagai pihak. Jelas jika Arah Munaslub Golkar adalah arah menuju kemuliaan, diusung oleh kepala-kepala yang penuh konsepsi. Golkar juga harus meretas identitas baru dengan utamakan kader muda dan mulai akrab pada dunia kampus. Wacana-wacana segar seperti inilah yang akan membuat semangat pembaharu bagi Partai Golkar. Politik Golkar adalah politik doktrinasi kekaryaan, sementara geliat politik kampus dan kader muda yang penuh gagasan sejalan dengan apa yang menjadi doktrin bagi partai.