Lihat ke Halaman Asli

Embun Pagi

Mencoba Bahagia

Rakyat Butuh Rasa Aman, Anies Malah Sibuk "Jualan" Makam

Diperbarui: 26 Juni 2021   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok @aniesbaswedan

Di mata orang biasa, sebuah foto mungkin tak bisa berkata apa-apa. Tapi bagi orang jeli, gambar yang terekam dari jepretan lensa itu memiliki banyak makna.

Baru-baru ini, ada sebuah foto yang menampilkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berjalan di tengah-tengah makam. Background yang digunakan, adalah barisan batu nisan. Masih dalam kondisi yang sama, ada pula foto yang mengabadikan Anies jongkok di samping makam, dengan seorang perempuan berkerudung yang nangis sesegukan. Sepertinya, ia baru saja kehilangan.

"Kematian itu tak sekedar angka statistik. Tapi tentang saudara kita, orang-orang yang tadinya masih sehat, masih berkumpul dengan keluarga tercinta. Kini mereka dipisah selamanya. Ingatlah, bahwa setiap angka itu adalah satu kisah duka tak terkira. Batas usia ada di tangan Allah SWT. Tugas manusia adalah ikhtiar. Sama-sama kita hindari kegiatan berpotensi penularan. Kita datangi tempat vaksinasi sebagai ikhtiar keselamatan. Hindari risiko, songsong ikhtiar keselamatan," Begitu tulis Anies dalam caption foto-fotonya itu.

Indah sekali memang. Biasalah, Anies emang jagonya dalam bererotorika. Bak pujangga, untaian kalimat yang keluar dari mulutnya, selalu enak didengar.

Tapi bagi saya, unggahan Anies ini tak pantas disajikan pada rakyat. Sebagai Gubernur, Anies harusnya lebih peka terhadap psikologis warganya. Warga DKI Jakarta yang sedang ketakutan dengan peningkatan Covid-19 butuh kepastian keamanan. Kepada Anies, mereka menaruhkan harapan. Tapi apa yang terjadi, Anies justru mendramatisasi.

Dengan lonjakan kasus Covid-19 yang menggila di Jakarta, Anies malah memposting foto pemakaman. Secara tidak langsung, ini bukti bahwa Anies sudah kibarkan bendera putih. Anies tak mampu berbuat apa-apa, untuk menyelamatkan jutaan nyawa rakyatnya.

Tapi bukan Anies namanya kalau tak punya cara untuk menghaluskan wacana. Biar tak jadi pergunjingan publik, Anies menggunakan keahliannya merangkai kata. Tingginya kasus Covid-19 dan angka kematian di Jakarta, ia bungkus dalam terminologi agama. Anies mengajak warganya pasrah dengan keadaan. Menyerahkan semua pada Tuhan. Karena sejatinya, batas usia ada di tangan Allah SWT.

Padahal Anies pasti paham. Sebagai sosok yang dikenal sangat agamis, ia tahu bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah;5-6). Dan sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah diri mereka sendiri (QS. Ar-rad;11).

Daripada 'jualan' makam dan mengajak warganya pasrah. Akan lebih elok jika Anies menebarkan optimisme pada rakyat. Caranya, bisa saja ia menyebarkan foto atau video kegiatan-kegiatan penanganan pandemi yang serius. Agar rakyat meyakini bahwa pemerintah hadir untuk menangani.

Misalnya Anies bisa saja keliling ke pelosok daerahnya untuk edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan. Tempat-tempat keramaian ia sambangi, sambil terus mengingatkan pentingnya menjaga diri. Protokol kesehatan ia tekankan. Masyarakat selalu diberikan penyadaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline