Bangga memanggilmu "My President".Jokowi,
Tugas sangat berat menantimu di depan sana.
Bukan masalah Ekonomi karena ditanganmu terbukti Indonesia tangguh mengahadapi badai krisis, bahkan pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara.
Bukan masalah Keadilan sosial pengejawantahan sila ke-5 dari Pancasila, karena kau sudah dan masih melaksanakannya.
Bukan pula masalah menjaga martabat Negri ini dari sorotan dunia luar, karena kau terbukti menjadi satu-satunya pemimpin yang dihormati dan dikagumi Negara lain.
Bukan masalah utang luar negri karena perhitungan utang Indonesia saat ini menyusut dibanding utang yang dilakukan Presiden sebelumnya. Bahkan Kau mampu menyicil utang terdahulu tepat waktu !
Bukan, bukan itu, bukan tentang tata kelola negara, bukan juga tentang kinerja dan sepak terjangmu yang sering membuatku terpukau ( kesadisanmu membubarkan Petral, merubah kontrak Freeport, merebut yang lainnya dari tangan asing, membubarkan HTI sampai ceremonial pembukaan ASEAN GAMES yang keren dan milenial sekali )
Tugas beratmu adalah:
Mensterilkan tubuh Ibu Pertiwi yang kesulitan untuk bangkit dari singgasananya karena sel-sel radikal telah memoleskan lem-lem pekatnya disetiap jengkal kulitnya.
Mencengkram dari akar berusaha merambat untuk menggapai jantung dan merampasnya!!
Sebuah ideologi sulit untuk dihilangkan dari kepala manusia, kau hanya memblokir cangkang tak berguna sementara ideologi terus tumbuh subur dan menyebar bagai wabah.
Jokowi, langkahmu ke depan semakin berat.
Rakyatmu yang mudah terhasut dan terprovokasi, rakyatmu yang berlogika terbalik, rakyatmu yang menanam kebencian dihatinya, rakyatmu yang terpapar radikalisme, puluhan juta jiwa jumlahnya.
Harapanku saat ini padamu Jokowi adalah,
Lepaskan Lem pekat yang telah menempel di kulit luar Ibu Pertiwi.
Mereka penghancur Pancasila dan kebhinekaan. Yang tak kenal lelah berusaha merampas Indonesia untuk dikuasai.
Agar ideologi mereka diterapkan.
Tidak! Kami satu Nusa satu bangsa dengan berbagai kepercayaan, suku dan ras, kami tidak ingin berperang, kami tak ingin saling bunuh. Kami Indonesia. NKRI mutlak. Tak bisa ditawar.
Nafas kami adalah keberagaman. Disanalah kami hidup dan berdampingan dalam damai.