Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Keteladanan Seorang Yuli Sasongko

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bang Sasong! Begitu kami biasa memanggil beliau, salah seorang senior kami di sebuah sekolah berasrama di Bandung. Banyak hal yang sudah kami lewatkan selama dua tahun kebersamaan. Awalnya tak banyak rasa kagum terhadap sosoknya, bahkan terkadang timbul rasa jengkel karena pembawaannya yang kaku. Apalagi beliau banyak terlibat dengan aktivitas penempaan kami sebagai siswa baru di sekolah tersebut.

Keinginan kuatnya untuk menjadi seorang prajurit sudah nampak pula selama dua tahun tersebut. Kami, juniornya yang juga memiliki cita-cita untuk menjadi prajurit, akhirnya mencoba untuk lebih dekat karena sering melihat beliau mempersiapkan diri untuk menghadapi tes masuk pendidikan militer. Disinilah kami mulai bisa "membaca" keteladanan dari seorang Yuli Sasongko.

Dibalik kekakuannya ternyata beliau adalah seorang sosok yang hangat. Beliau rela menyediakan waktu bagi kami yang ingin "menghadap" untuk sekedar bertanya apa-apa yang harus kami siapkan untuk menghadapi tes. Keteguhan hati dan determinasinya terhadap tujuan adalah contoh utama yang kami dapatkan. Hampir setiap sore hari kami lihat beliau latihan fisik, bahkan ketika sakitpun beliau masih saja tidak lepas dari rutinitasnya itu.

Keteguhan hati itu pula yang membuat beliau tetap berusaha ketika gagal masuk ke Akademi Militer di Magelang. Masih ada kesempatan lain ujarnya ketika kami tanyakan. Tidak seperti sebagian besar dari kami yang langsung mencari jalan lain ketika gagal. Sampai suatu ketika, saya dengar beliau diterima di pendidikan penerbang militer di Jogja.

Lama tak terdengar kabarnya, suatu ketika beliau pernah menghubungi untuk menanyakan kabar, hanya untuk menjalin tali silaturahmi. Tak ada sama sekali ego atau gengsi sebagai senior untuk menguhubungi juniornya. Beberapa hari yang lalu terdengar lagi kabarnya, menjadi korban kecelakaan helikopter militer di Cianjur. Sungguh tekad itu masih tampak. Beliau masih bertahan menghadapi sakratul maut. Masih bertahan dengan luka-luka itu. Tapi memang hanya Allah yang berkuasa terhadap setiap makhluknya. Beliau dipanggil untuk menghadap Khaliknya.

Selamat jalan Bang! Terima kasih untuk semua bimbingan dan keteladananmu. Terima kasih untuk kebersamaanmu bersama kami. Selamat jalan Abang yang kami hormati dan kami banggakan. Semoga amal ibadahmu diterima di sisiNya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline