Lihat ke Halaman Asli

Eyok Elabrorii

penulis fiksi

Fatimah Tak Sempat Mengaji

Diperbarui: 8 November 2020   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Eyok El-Abrorii

Siapa yang tak kenal Fatimah di kampung ini. Jika kau berjalan ke barat sewaktu subuh, kau akan mendengar Fatimah mengaji dari rumahnya yang beratap pandan dan bertembok pagar di dekat persawahan orang-orang kampung. Fatimah setiap pagi membaca Arrahman dengan suara terindah miliknya.

Sejak Fatimah masih ingusan, dia mengaji dengan ayahnya yang buruh tani itu. Mereka hidup berdua di sana. Ibunya meninggal tersengat listrik ketika Fatimah masih bayi. "Kau tahu? Tuhan akan menurunkan rizki jika kita membaca Arrahman setiap subuh," kata ayah dulu. Tapi Fatimah yang lugu itu tak mengerti, dia mengaji sebab tak mau ayah memecutnya dengan lidi.

"Benarkah Tuhan menurunkan rizki sebab kita mengaji, yah?" Fatimah bertanya.

"Benar, Fat."

"Kalau begitu, ayah tak perlu bekerja. Kita mengaji saja sepanjang waktu."

Ayah tersenyum, dengan bersemangat memberi pertanyaan kembali, "Pikirmu tenaga ayah siapa yang memberi?"

"Ayah makan tiga kali sehari."

"Dari mana makanan itu?" Fatimah diam. Yang dia tahu, sayur-sayuran di hadapan mereka adalah apa yang mereka tanam di sawah peninggalan kakek, dan satu kali seminggu mereka harus berhutang satu liter beras dari warung.

"Itu semua dari Tuhan, nak. Dia yang membuat ayah kuat bekerja," ayah menjawab pertanyaannya sendiri, yang jawaban itu tidak sempat dipikirkan Fatimah sebab -menurutnya- ayah tak kuat, tak jarang ayah demam dan tiap malam meminta Fatimah untuk memijatnya.

Fatimah tumbuh menjadi gadis cantik, dia telah menjadi kembang kampung. Kecantikannya membuat ayah Fatimah jarang ke sawah, sebab ada saja pemuda kampung yang membantu Fatimah. Tenaga ayah jadi lebih kuat untuk mengerjakan sawah orang lain yang memberinya upah. "Kau adalah rizki terbaik yang ayah punya," kata ayah suatu hari.

Sejak itu, Fatimah baru yakin bahwa surah Arrahman benar memberikan Rizki bagi keluarganya. Sejak saat itu pula, dia mulai membaca Arrahman tanpa ayah minta. Dan sudah tentu, Fatimah menjadikan ayah sebagai rizki terbaiknya juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline