Masih ingat pidato himbauan presiden tahun lalu tentang rangkap jabatan para menteri? Sekali lagi saya ulangi. Himbauan, bukan larangan.
Oke saya ceritakan sedikit. Tahun lalu, presiden menghimbau para menterinya untuk tidak melakukan rangkap jabatan. Jabatan menteri dengan pengurus partai. waktu itu, presiden menghimbau untuk memilih satu jabatan saja. Menteri ya menteri, pengurus partai ya mengurus partai. itu berarti harus ada yang dikorbankan dan dipertahankan.
Nah, belum ada satu tahun presiden menghimbau demikian, agaknya sekarang presiden sedang amnesia sesaat. Kenapa? Setelah presiden menjadi Ketua Umum partai Demokrat yang katanya untuk menyelesaikan langsung (turun tangan sendiri) kisruh di partainya, beliau menunjuk dua menteri aktifnya untuk turut menjadi pengurus partai democrat.
Sepertinya karena hanya himbauan, jadi sah sah saja jika dianggap angin lalu. Bahkan presiden juga turut melupakan himbauannya dengan merangkapjuga sebagai ketua umum. Jadi semakin bertambah saja urusan presiden. Selain mengurusi negara juga harus mengurus partainya.
Sebenarnya boleh saja sih, mengingat bahwa presiden bisa menjadi presiden juga karena partai. dan menteri bisa menjadi menteri juga karena keikutsertaannya dalam partai sehingga dilirik presiden untuk menjadi menteri.
Untuk presiden, semoga cepat sembuh dari amnesia sesaatnya dan negara tetap sebagai anak emas bukan anak tiri. Serta untuk para menteri yang rangkap jabatan, semoga tidak binggung dengan prioritas tugasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H