Kegiatan belajar mengajar di lingkungan madrasah atau sekolah merupakan rutinitas siswa dan guru untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Proses pembelajaran siswa di dalam kelas merupakan pengalaman belajar yang berharga untuk perkembangan kompetensi siswa. Untuk itu, alokasi waktu pembelajaran yang terbatas perlu direncanakan agar pertemuan tatap muka siswa dan guru lebih efektif. Salah satu hal yang penting adalah menentukan bahan ajar yang tepat untuk siswa.
Penyusunan bahan ajar termasuk pekerjaan fungsional dengan karakteristik materi yang bersifat teknis sehingga menyeleraskan antara kompetensi, aktivitas dan penilaian (Muhidin, 2018). Bahan ajar termasuk bagian dari fasilitas belajar itu sendiri.
Persiapan bahan ajar yang digunakan di kelas sebaiknya perlu mempertimbangkan faktor-faktor antara lain: (1)kondisi kebutuhan siswa tingkat Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, (2) kemudahan akses informasi pada media sosial, (3) visi-misi instansi atau sekolah, (4) materi pembelajaran berdasarkan kurikulum, dan (5) kemandirian dan inovasi dari kurikulum merdeka.
Semua guru mata pelajaran pada dasarnya mempunyai beragam sumber bahan ajar mulai dari modul yang sudah disiapkan sekolah, modul siswa dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan fasilitas dari perpustakaan sekolah, namun guru perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan siswa serta perkembangan teknologi.
Faktor pertimbangan pertama mengenai kebutuhan siswa terhadap unsur kognitif, psikologi, maupun keterampilan berbahasa jika berkaitan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena setiap mata pelajaran tentu mempunyai karakteristiknya tersendiri. Namun, tidak hanya Bahasa Indonesia saja yang perlu memperhatikan bahan ajar yang digunakan terkait peningkatan daya literasi siswa, perlu kekompakan dan kerja sama yang baik agar peningkatan daya literasi siswa tercapai.
Kebutuhan akan minat membaca siswa terhadap ilmu yang menjadi unsur yang disukai siswa dapat memberikan stimulus yang positif terhadap kegiatan membaca siswa. Buku pertama yang ingin diketahui siswa dapat memberikan efek pemikiran bahwa membaca adalah hal positif yang dapat dikembangkan ke bentuk kegiatan literasi lainnya.
Pada berbagai kesempatan tatap muka di kelas, sering kali siswa menanyakan hal-hal yang dilihatnya di dunia maya atau bermedia sosial, kegiatan bermedia sosial ini juga dapat menjadi kegiatan literasi yang baik, jika siswa mempunyai kecakapan daya literasi yang baik pula. Berkaitan dengan hal ini, bahan ajar menjadi hal yang urgen untuk dapat menyesuaikan dengan era digitalisasi yang dapat menjelaskaan kepada siswa hubungan materi pembelajaran dengan fenomena berliterasi saat menggunakan media sosial. Pengetahuan tentang digital surveillance menjadi faktor penting dalam mendukung ketahanan nasional maupun kekuatan ekonomi Indonesia (Gunawibawa, 2021).
Dampak digital memang tidak langsung terhimbas pada pengguna internet di Indonesia, hal ini dijelaskan pada penelitian tahun 2021 dengan judul "Pengetahuan Literasi Digital terhadap Digital Surveillance Mewujudkan Sumber Daya Manusia Unggul pada Era Internet Of Things" oleh Eka Yuda Gunawibawa bagi siswa SMKN 1 Bandar Lampung.
Tingkat kompetensi literasi jangka panjang memengaruhi kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki negara, Rifani Rahayu tahun 2022 pernah meriset "Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Penerapan Literasi Digital Pada Guru Di Era 4.0".Tujuan penelitian literasi digital pada guru untuk menjelaskan upaya pengembangan sumber daya manusia dalam penerapan literasi digital pada guru SD Negeri 90 Pekanbaru serta menganalisis faktor penghambat pengembangan sumber daya manusia (Rahayu, 2022).
Penelitian pada lokasi pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan bentuk upaya literasi sedini mungkin. Hasil pertanyaan observasi tentang kegiatan literasi menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan berliterasi siswa sekarang ini terletak pada dunia maya, yaitu kegiatan bermedia sosial.