Lihat ke Halaman Asli

Ewrikarika

Karyawan Swasta

Trauma

Diperbarui: 10 Oktober 2022   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bisa dikatakan Saya adalah Salah satu orang Yang Masih dihantui dengan rasa trauma akan kejadian buruk yang pernah menimpa saya . kejadian yang tidak menyenangkan ini membuat saya merasa cemas dan merasa ketakutan yang berlebihan.kenapa saya bisa menyimpulkan hal seperti itu? Karena, Saya merasakan bayak perubahan sikap dalam diri saya bahkan orang sekitar saya mungkin menyadari akan hal ini.


Menurut Pendapat para ahli ,Golemen (2001) berpendapat bahwa penderita trauma mengalami perubahan sirkuit limbik yang berpusat pada amigdala. Apa itu sirkuit limbik yang berpusat pada amigdala? Adalah bagian utama system fungsi otak yang mengatur dan membantu  mengoordinasikan respons terhadap hal-hal yang berada di lingkungan Anda, terutama yang memicu respons emosi , dimana Amigdala memproses emosi, seperti ketakutan, kecemasan, kemarahan, kesenangan, dan motivasi. Pendapat lain dari Chaplin (2001) mengatakan bahwa trauma adalah suatu luka baik yang bersifat fisik, jasmani maupun psikis.

Dengan Memperingati hari kesehatan  Sedunia pada 10 Oktober , terima kasih Untuk Kompasiana.com dan Dokter Andry yang telah memberikan kami kesempatan untuk bisa bercerita terkait pengalaman yang kami alami . Saya berharap bisa menjadi salah satu orang yang terpilih untuk berkonsultasi langsung dengan dr.Andry,Sp.Kj,FAPM selaku Psikiater Indonesia pertama yang memperoleh predikat Fellow of The Academy of Psychosomatic Medicine (FAPM) di Amerika Serikat.

Awal itu di akhir Tahun 2019 ada sebuh hal buruk yang terjadi dalam hidup saya. hal yang membuat karir,pertemanan,kepercayaan orang terdekat saya hancur seketika.  Seharian itu saya merasa seakan akan dihimpit oleh dunia , terpojok oleh keadaan . Bahkan kedua Orang Tua Saya Merasa Menyesal Telah Membesarkan saya. Semua karir yang saya bangun  seakan-akan diruntuhkan oleh keadaan. Dari hal itulah salah lebih memilih untuk mengurung diri dikamar , lebih memilih untuk banyak diam dan tidak ingin berinteraksi dengan siapa-siapa. Saya menjalani hari-hari yang penuh dengan tekanan , tekanan dari luar maupun dari dalam. Saya fikir hal ini akan saya lewati seiring dengan berjalannya waktu .tetapi ,nyatanya Sampai di awal bulan pertama di tahun 2020 hal ini yang membuat saya merasa trauma. mulai merasakan hal-hal yang berlebihan yang terjadi dalam diri saya . saya merasa takut untuk memulai percakapan dengan orang baru,yang nyatanya tidak saya tipikal orang yang selalu ingin berbaur dengan orang -- orang baru, saya takut bertemu dengan orang -- orang yang penah ada dalam lingkungan saya dulu. Saya merasa ketakutan itu lebih besar adanya dalam diri saya.

Upaya yang saya lakukan hari demi hari dengan pendekatan kembali ke orang tua yang akhirnya ada semangat dari orang tua untuk tetap bangkit menjalani hari-hari , dan semangat dari diri sendiri yang  membuat saya memberanikan diri untuk perlahan keluar dari situasi itu.Memperbanyak Ibadah adalah kekuatan terbesar saya saat itu, walau dalam prosesnya tidak begitu singkat dan cepat tetapi sedikit demi sedikit saya yakin saya  bisa melewatinya.  Selanjutnya saya mulai untuk mengisi waktu senggang saya dengan menyebarkan CV saya disetiap Platform yang sedang mebuka lowongan pekerjaan, dan senggang beberapa bulan akhirnya saya diterima disitulah tantangan awal saya memulai sesuatu yang baru. Saya mejadikan Tulan Menjadi teman setia saya, tempat saya menceritakan segala hal baik buruknya Setiap harinya.

Tetapi Mengapa rasa ini Kembali?

Rasa trauma yang berusaha saya hilangkan  kurang lebih 2 tahun hingga sekarangpun di tahun 2022 terkadang saya masih merasakan trauma itu hadir . padahal saya sudah belajar berdamai dengan keadaan . saya sempat berfikir untuk merencanakan membuat jadwal untuk bertemu psikiater tetapi karena terkendala biaya saya memilih untuk menyampingkannya dan mencari jalan lain selain ke sikiater.  Akhirnya saya memberanikan diri untuk melakukan pendekatan kembali ke orang tua  dan orang --orang terdekat saya ,membaca  beberapa referensi-referensi dari sumber yang ada dengan mencari tau cara mengatasi trauma yang saya alami. Tetapi masih saja saya merasakan hal itu hadir lagi akhir-akhir ini. Dan sampai saat ini saya masih  cari tahu alasannya mengapa rasa ini kembali hadir dalam diri saya. mungkinkah ada gangguan dalam kejiwaan saya atau mungkin karena Kesehatan mental yang kurang sehat.

Sekian cerita  dari pengalaman saya, semoga rasanya sampai ke para pembaca .
terima kasih:)

#salamsahabatpena
#sadarkesehatanjiwa
#harikesehatanmentalsedunia

REff:
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=trauma+menurut+pendapat+para+ahli
https://www.sehatq.com/artikel/sistem-limbik-pada-otak
https://www.google.com/search?q=trauma&client=firefox-b-d&sxsrf=ALiCzsbH9ZbSMr3fozdkLxQuvSH1e_ummA:1665382798378&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjj1vKwgtX6AhUM7zgGHR_VAvEQ_AUoAXoECAIQAw&biw=1920&bih=936&dpr=1#imgrc=mGokKvXSHPhUaM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline