Lihat ke Halaman Asli

K. Widyastuti

Fulltime Worker yang bermimpi pengen jadi Penulis

Resilient Organization : Mengapa Perlu?

Diperbarui: 8 Juni 2021   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto : ThinkGrowth.org

Pandemi Covid - 19 yang terjadi hampir 2 (dua) tahun terakhir ini, telah mengguncang dunia baik dari sisi kehidupan dan perekonomian dalam skala yang cukup besar.  Dampak negatif dari kondisi tersebut sangat mempengaruhi kemunduran pada industri-industri di dunia, seperti pariwisata, garment, transportasi, perdagangan, property dan masih banyak lagi, bahkan akan menjadi tantangan tak terduga bagi industri telekomunikasi jika pebisnis lengah dalam pengelolaan bisnisnya dalam kondisi sulit seperti ini.  Dengan demikian, bisnis-bisnis yang ada tersebut harus segera merubah lingkungannya, agar terkontrol dan mengetahui bagaimana cara mempersiapkan mitigasi, serta dengan cepat dapat merespon kondisi tersebut. Kondisi inilah yang disebut dengan istilah VUCA (Volatility (volatilitas), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), dan Ambiguity (ambiguitas) adalah kombinasi kualitas yang jika digabungkan akan mencirikan sifat dari beberapa kondisi dan situasi yang sulit. 

Apa itu Resilien?

Resilien merupakan ketangguhan yang mengacu pada kemampuan orang untuk "bangkit kembali" dari pengalaman buruk dan ditandai dengan terbentuknya kapasitas untuk mengatasi, memulihkan dan belajar bangkit dari keterpurukan.  Adapun yang mendasari perilaku tersebut adalah sikap dengan pola pikir terbuka terhadap informasi dan hal-hal baru, memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi serta siap untuk berhasil.  Untuk itu resilien ini harus dimiliki oleh setiap unsur dalam suatu perusahaan, baik individu, tim, dan organisasi. 

Untuk membangun resilien dalam sebuah organisasi dapat dimulai dari individu (People) yang memiliki pandangan positif dan kepercayaan diri. Kumpulan-kumpulan individu yang tangguh tersebut akan membentuk sebuah Tim yang tangguh juga.  Sekalipun demikian peran para leader sebagai role model sngat dibutuhkan dalam mendukung kemampuan individu untuk mengatasi, memulihkan, dan terus belajar mengembangkan diri. Pendukung lain agar menjadi tim yang tangguh dan efektif, maka diperlukan juga kecerdasan sosial tinggi untuk membangun hubungan yang berkualitas, saling percaya, mendukung, dan menciptakan lingkungan keamanan psikologis sebuah tim. Lalu bagaimana sebuah organisasi dapat terbentuk sebagai sebuah organisasi yang tangguh (Resilient Organization)? Secara garis besar, ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dan menjadikan focus, yaitu : bahwa suatu organisasi itu dibentuk dengan tujuan tertentu, sehingga setiap anggota dan tim dalam organisasi harus dapat dan mampu mengambil perannya masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.  Hal kedua yang juga perlu diperhatikan adalah terkait dengan ketersediaan sumber daya yang memadai dan kompoten dalam bidangnya.  Faktor penunjang resilient organization yang tidak kalah pentingnya adalah mengembangkan budaya belajar (learning culture) baik formal dan informal.

Sumber : Dale Carnegie

Dalam upaya mendorong dan mempromosikan strategi yang gesit, adaptif budaya, dan penerapan serta penggunaan yang efektif dari teknologi maju, agar bisnis bisa bangkit kembali dari tantangan tak terduga, maka berikut penjabarannya:

  • Perlu menyiapkan objective/tujuan jangka pendek dan jangka panjang (Prepare)
  • Memiliki tenaga kerja yang dapat beradaptasi dengan baik dan fleksibel (Adaptable)
  • Pentingnya membangun kolaborasi bai kantar tenaga kerja dan Tim untuk meminimalisir silo, menekan resiko, dan meningkatkan hasil inovasi (Collaborative)
  • Pentingnya membangun kepercayaan dalam internal organisasi (Trustworthy)
  • Bertanggung jawab sesuai dengan perannya masing-masing (Responsible)

Sebuah organisasi yang dengan sengaja membangun atribut-atribut tetrsebut menjadi sebuah pola pikir dan budaya, maka akan dapat lebih baik dalam mengatasi gangguan dan mampu membantu mengantarkan "yang lebih baik dan normal" pascapandemi.  Organisasi yang lebih awal menciptakan strategi tangguh pada masa pandemi Covid-19 ini dapat dikatakan telah menyimpan investasi dalam menyongsong kompetisi pada new normal esok hari.

Referensi :

  1. Deloitte Insights. 2021.  Building The Resilient Organization.  2021 Deloitte Global Resilience Report
  2. Dale Carnegie-White Paper. 2020. Developing a Resilient Workforce : How Organizations Thrive in the Face of Adversity

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline