Lihat ke Halaman Asli

Ewia Putri

seorang aktivis kemanusiaan konsen terahadap persoalan ekonomi, perempuan dan kemanusiaan

Internet dan Perilaku Manusia

Diperbarui: 6 September 2024   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ewia Putri

Internet dan Prilaku Manusia 

Oleh : Ewia Putri

Dalam beberapa dekade terakhir, internet telah merevolusi banyak aspek kehidupan kita. Tidak hanya mengubah cara kita bekerja dan belajar, tetapi juga mempengaruhi secara signifikan perilaku dan cara manusia berinteraksi. Salah satu karya penting yang membahas perubahan ini adalah The Cyber Effect oleh Mary Aiken. Buku ini membuka wawasan kita tentang bagaimana internet berdampak pada perilaku manusia dan bagaimana interaksi digital dapat membentuk kepribadian serta hubungan sosial kita.

Bagaimana Internet Mengubah Perilaku Manusia? Sejak munculnya internet, cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi telah berubah secara drastis. Kini, kita dapat terhubung dengan siapa saja, kapan saja, di mana saja, tanpa batasan geografis atau waktu. Kemudahan ini tentunya menawarkan berbagai manfaat, seperti kemampuan untuk berkomunikasi dengan cepat dan mengakses informasi dalam hitungan detik.

Namun, kemudahan tersebut juga memiliki konsekuensi yang tidak selalu positif. Anonimitas yang sering kali ditawarkan internet membuat perilaku manusia berubah. Di dunia maya, orang cenderung merasa kurang bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan atau lakukan. Hal ini memicu perubahan pola perilaku, termasuk kecenderungan untuk bersikap lebih sinis, nyinyir, bahkan kasar terhadap orang lain.

Mengapa Internet Memicu Perubahan Perilaku? Internet bukan hanya alat komunikasi, tetapi sebuah ekosistem yang mampu mempengaruhi pola pikir dan emosi kita. Beberapa faktor utama yang menyebabkan internet memicu perubahan perilaku meliputi:

Anonimitas: Di balik layar komputer atau ponsel, banyak orang merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri tanpa khawatir akan dampak sosial dari tindakan mereka. Mereka lebih mungkin berperilaku negatif atau melakukan hal-hal yang mungkin tidak akan mereka lakukan dalam kehidupan nyata.

Kecepatan dan akses informasi: Di dunia digital, informasi tersebar dengan sangat cepat. Hal ini seringkali membuat orang bereaksi spontan tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka, yang kadang-kadang menghasilkan sikap agresif atau sinis.

Polarisasi opini: Media sosial dan algoritma yang disesuaikan dengan preferensi individu sering kali menciptakan "gelembung informasi" yang memperkuat opini seseorang, sehingga memperburuk konflik atau perdebatan di dunia maya. Ketidaksetujuan yang sederhana dapat berkembang menjadi serangan verbal yang sengit.

Perubahan Perilaku: Dari Interaksi hingga Sinisme Seiring dengan meningkatnya penggunaan internet, fenomena perilaku negatif seperti trolling, sinisme, dan nyinyir menjadi lebih umum. Orang lebih cenderung mengekspresikan ketidakpuasan atau kritik secara tajam di dunia maya, mungkin karena merasa terpisah dari konsekuensi langsung yang biasa mereka alami dalam interaksi tatap muka.

Perilaku ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga mengubah dinamika sosial secara keseluruhan. Internet, yang awalnya dirancang untuk memperkuat interaksi sosial, kini juga menjadi medan konflik emosional yang seringkali memperburuk hubungan antar manusia. Masyarakat menjadi lebih kritis, tetapi juga lebih cenderung terlibat dalam perdebatan tanpa solusi yang jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline