Lihat ke Halaman Asli

Semua Berawal dari Sampah

Diperbarui: 20 Agustus 2021   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perjalanan kami dimulai 7 tahun lalu. Persentuhan kami dengan konsep bank sampah bermula dari kunjungan seorang calon legislatif (caleg) ke majlis taklim Al Mu’minun pada 2014. Jika biasanya majlis taklim Al Mu’minun hanya diperuntukkan sebagai  majlis ilmu agama bagi ibu-ibu di lingkungan RW 01 Pamulang Barat dan tidak pernah bersedia menerima “sosialisasi” dari caleg mana pun, saat itu ternyata ada pengecualian. Tak lain karena caleg tersebut mempunyai “something new” untuk disampaikan : seluk beluk pendirian bank sampah.

Program bank sampah yang beliau perkenalkan menggugah perasaan betapa kami telah berbuat  tidak adil terhadap bumi yang kami tinggali selama ini. Atas dasar itu,  kami pun bertekad  menjalankan program tersebut, bahkan jika tanpa bantuan siapa pun.

Tekad itu pertama-tama kami wujudkan melalui pengenalan program bank sampah kepada masyarakat sekitar. Dimulai  dari 4 majlis taklim  yang berada dalam  satu lingkup RW 01 Pamulang Barat. Alhamdulillah,  semua menyambut baik program ini. Struktur pengurus bank sampah pun segera dibentuk. Semua anggotanya berasal dari jamaah majlis-majlis taklim tersebut yang bersedia bekerja ikhlas, membantu operasionalisasi bank sampah yang kami namakan Bank Sampah “Berlian” (singkatan dari Bersihkan Lingkungan Anda).

Nasabah kami kebanyakan lansia yang ingin tetap berdaya di masa tua. mandiri dan tidak mau menyusahkan anak-cucunya.

Momen paling menyentuh terjadi tatkala nasabah bank sampah kami mengambil uang tabungan untuk  pertama kali guna keperluan lebaran. Dengan berurai air mata nasabah tersebut berkata" Alhamdulillah, terimakasih Bu, akhirnya lebaran tahun ini  kami bisa makan daging". Ucapan penuh rasa syukur ini menjadi pemicu semangat kami untuk terus maju.

Meski namanya bank sampah, namun kami tidak mengambil keuntungan materi dari para nasabah. Pelaksanaan kegiatan bank sampah Berlian  lebih banyak disokong dari hasil swadaya  pengurusnya. Hal tersebut malah membuat  banyak dari nasabah berinisiatif bergotong royong ikut serta mengisi kas bank sampah.  Sesuatu yang membuat kami sangat terharu karena kami tahu tabungan mereka tak seberapa banyak , hasil keringat memulung sampah. Walaupun pada mulanya pendirian bank sampah lebih mengarah pada aspek ekonomi, tapi kami mulai merasakan kampung kami jadi lebih bersih.  Tak ada lagi sampah bertumpuk seusai acara di masjid ataupun di hajatan warga, misalnya.  Yang paling indah adalah tatkala mendengar curhatan para nasabah yang mengeluh "makin susah mencari sampah".

Langkah selanjutnya, kami telah menjalin kerja sama dengan Prodi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan dalam bentuk edukasi lingkungan kepada para santri TPQ, termasuk di antaranya mengenal jenis sampah plastik yang bisa didaur-ulang dengan harapan anak-anak jadi lebih peduli pada lingkungan tempat tinggal mereka. Hasilnya nyata dan tidak mengecewakan. Contoh kecil,  suatu kali kami pernah mendapat komplain dari para wali murid TPQ karena ternyata banyak  santri membawa pulang sampah, hasil memulung dari TPQ ke rumah mereka. Meski terlihat sepele, namun hal itu menjadi sesuatu yang membuat kami bangga. Tambahan lagi, edukasi sampah kepada para santri TPQ itu membuat kami tidak perlu repot menerangkan hal yang sama lebih lanjut kepada orang tua santri karena mereka ternyata sudah terlebih dahulu “diceramahi”  anaknya sendiri. Hasilnya, para  orang tua pada akhirnya secara sukarela menjadi nasabah bank sampah Berlian.

Kami pun sangat bangga kepada para santri TPQ, tatkala orang tua mereka sering menemukan sampah di kantong baju seragam sekolah hanya  karena anaknya tidak menemukan tempat sampah untuk membuangnya.

Alhamdulillah, Bank Sampah kami telah berjalan 7 tahun. Total sampah yang dikumpulkan kurang lebih 147 ton dengan nominal sekitar Rp. 190 juta dari 140  nasabah. Kami juga mendapatkan 2 panghargaan, yaitu sebagai bank sampah terbaik ke-2 Tangsel pada tahun 2015 dan terbaik pertama Tangsel pada 2020.

Merunut lagi ke tahun sebelumnya, pada 2015 bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tangsel kami membentuk KWT (Kelompok Wanita Tani) Cemara sebagai bentuk keperdulian dalam mengelola sampah organik menjadi kompos, juga sebagai wadah untuk warga - termasuk para lansia - yang gemar bertanam. Dalam perjalanannya, kebun KWT Cemara lebih banyak dimanfaatkan sebagai  sarana edukasi kepedulan lingkungan hidup, salah satunya dengan cara bertanam, mulai dari murid Paud hingga mahasiswa  dari berbagai perguruan tinggi. KWT Cemara masih melanjutkan kerja sama dengan Prodi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan untuk pembuatan brosur mengenai Bank Sampah Berlian, kegiatan KWT Cemara dan produk - produk unggulan KWT Cemara dari pengolahan daun kelor. Brosur ini diharapkan bisa mendatangkan masyarakat yang lebih luas, yang mau belajar mengenai kegiatan masyarakat terpadu di tempat kami. Dari Prodi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan, kami juga mendapatkan pelatihan teknik pengolahan dan pembuatan produk pasca panen. Produk andalan KWT Cemara adalah  olahan kuliner berbahan dasar daun kelor, yang kebetulan banyak ditanam di kebun KWT. Produk teh kelor kami sekarang sudah masuk daftar oleh-oleh khas Tangsel. KWT Cemara pada 2017, ditunjuk mewakili Tangsel  dalam lomba “Hatinya PKK” dan berhasil meraih Juara 3 se-Propinsi Banten. Dengan perolehan tersebut, KWT  Cemara berhak mewakili Tangsel untuk lomba Kota Sehat dan meraih Juara 1 tingkat Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline