Lihat ke Halaman Asli

Deretan Kompasianer Cilik Ini Merajut Mimpi Sebagai Penulis Besar

Diperbarui: 25 Mei 2016   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: thinkstock.com

In teaching you can not see the fruit of a day's work. It is invisible and remain so, maybe for twenty years 

(Jacques Barzun)

Kutipan bijak dari Jacques Barzun dapat dikatakan sangatlah tepat menggambarkan apa yang terjadi pada diri saya saat ini. Sejak memilih profesi guru sebagai panggilan jiwa, impian membuat murid-murid saya menggemari dunia membaca dan menulis tak pernah sedetik pun pudar dari pikiran. Boleh dikatakan impian ini semakin hari terasa semakin menggoda untuk diwujudkan.

Bukan semata idealisme yang mendorong saya melakukan tiap upaya demi upaya, namun kebahagiaan terbesar seorang guru adalah tatkala melihat murid mampu mengaktualisasikan segenap daya dan potensinya. Motivasi lain yang membuat saya begitu bersemangat mendorong murid-murid saya untuk menulis adalah tumbuhnya minat baca mereka yang luar biasa beberapa tahun terakhir ini. 

Jika dahulu kebiasaan membaca adalah sesuatu hal yang langka, kini dengan mudah saya menemukan mereka sedang asik tenggelam dalam buku bacaan. Jika dahulu bermain game online lebih menggoda, kini mereka lebih memilih jalan sunyi berisi deretan aksara sebagai pengisi waktu luang. Jika dahulu hingar bingar mal menjadi daya tarik numero uno, kini lorong-lorong toko buku menjadi pilihan utama. Jika dahulu bintang pop Korea merupakan topik pembicaraan yang hits, kini Buya Hamka, Pramoedya Ananta Toer, Soekarno, HOS Tjokroaminoto, sampai dengan Sherlock Holmes menjadi bahan berdiskusi yang menyenangkan.

Beryukur, bersyukur, dan bersyukur. Tak pernah berhenti saya memanjatkan terima kasih atas apa yang terjadi. Sungguh tak mudah pada awalnya. Mengubah mindset sama sekali bukan perkara sepele, namun saya percaya hasil tak akan mengkhianati usaha. Apa yang diupayakan dengan sepenuh hati pada akhirnya akan menyentuh hati pula. 

Setelah kebiasaan membaca yang baik terbentuk, tahap selanjutnya adalah mendorong mereka untuk menulis. Energi baru pun perlu saya curahkan untuk mewujudkan impian ini. Saya ajak mereka berbicara tentang program kerja, terutama bagi mereka yang ada di Bidang Bahasa OSIS SMPI Al Azhar 21 Solo Baru. Dari diskusi intensif kami berhasil menggulirkan ide untuk membuat produk literasi berupa blog, majalah, dan buletin.

Blog sederhana pun segera dibuat oleh salah satu pengurus OSIS bernama Dito yang memang memiliki keahlian di bidang IT. Kontributor yang bertugas menulis di blog OSIS pun dibuat jadwalnya secara bergiliran sehingga semua pengurus dapat merasakan sensasi menulis artikel yang ditayangkan secara berkala. Isi tulisan pun bervariasi tidak hanya reportase, namun juga opini dan profil para pengurus OSIS. Sampai sekarang blog ini masih aktif merekam semua kiprah murid dalam 31 tulisan menarik yang dapat disimak langsung di www.osissmpia21.blogspot.com 

[caption caption="biar diburu deadline, senyum tetap mengembang (dokpri)"]

[/caption]

Selain blog kiprah murid dalam menulis terwadahi dalam majalah sekolah. Majalah bernama Gallery 21 ini terbit tiap tahun di bulan Desember. Saat ini Gallery 21 sudah terbit sebanyak lima edisi. Tiap edisi mengupas tema yang berbeda-beda dengan porsi menulis yang semakin besar tersedia bagi murid. Tak hanya berperan sebagai penulis, kemampuan murid pun makin terasah karena mereka memiliki kesempatan untuk belajar mewawancarai narasumber, menuliskan liputan, mengedit tulisan, sampai dengan mendistribusikan majalah yang sudah jadi.

buletin triwulan karya murid (dokumen pribadi)

Bila dalam majalah Gallery 21 porsi menulis masih terbagi antara guru dan murid, berbeda ceritanya dengan buletin Mozaik 21. Di dalam pengerjaan buletin ini dapat dikatakan murid berperan membidani kelahirannya 100%. Sebagai guru saya bertindak sebagai fasilitator yang akan turun tangan di saat mereka sudah mengibarkan bendera putih bertuliskan Save Our Soul, hehehe. Mulai dari mencari ide, menentukan jenis rubrik, membagi tugas, mewawancarai sumber berita, menulis artikel, membuat lay out, mendesain sederhana, mencari iklan, sampai dengan sirkulasi mereka kerjakan sendiri. Saya kebagian peran sebagai editor dan memasukkan naskah ke percetakan. 

[caption caption="majalah sekolah kami (dokpri)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline