Lihat ke Halaman Asli

Yang Kembar Lebih Seru

Diperbarui: 18 Agustus 2015   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Memiliki anggota keluarga kembar merupakan suatu pengalaman yang seru. Membayangkan memiliki sepasang anak kembar dengan segala polah lucunya saja bisa membuat hati gemas. Lebih seru lagi adalah pengalaman memiliki bapak yang terlahir kembar identik.

 

Ya, bapak saya memang kembar identik. Saya biasa memanggil kembaran bapak dengan sebutan pakde kembar. Saking miripnya mereka, banyak orang yang tidak dapat membedakan keduanya dengan baik. Di sinilah berbagai kelucuan sering terjadi.

Sekitar tahun 1998 yang lalu anak pakde kembar wisuda dari STAN. Uniknya banyak ucapan selamat yang diterima bapak saya berkaitan dengan wisuda ini. Saat itu saya yang merupakan anak sulung belum lagi wisuda. Tentu saja bapak saya bingung, namun kemudian beliau tertawa karena menyadari bahwa ucapan selamat itu salah alamat. Pun demikian demi menyenangkan hati si pemberi selamat, bapak saya manggut-manggut dan menerima saja ucapan selamat itu dengan senang hati.

Kejadian lucu yang lain adalah saat bapak masuk rumah sakit. Banyak saudara yang membezuk bapak termasuk pakde kembar ini. Karena pakde kembar termasuk orang yang penakut bila berurusan dengan hal-hal yang berbau rumah sakit, maka beliau menunggui bapak sambil duduk-duduk di kursi yang disediakan di depan kamar bapak dirawat. Tak lama kemudian para tetangga pun datang menjenguk. Demi melihat sosok yang begitu mirip dengan bapak saya di depan kamar, sontak para tetangga berkata takjub. "Lho, baru tadi pagi masuk rumah sakit kok sorenya sudah segar bugar ya, Pak?" Rupanya mereka heran sekaligus tak menyadari bahwa orang yang mereka sapa bukanlah bapak saya.

Di samping beberapa kejadian lucu, terkadang ada kejadian yang menjengkelkan terkait dengan si kembar ini. Pernah suatu hari teman bapak saya bertanya pada bapak saya apakah beliau menikah lagi. Tentu saja bapak saya terheran-heran karena tidak pernah melakukan hal yang disebutkan temannya itu. Setelah ditelisik lebih lanjut ternyata si teman tadi melihat pakde kembar berboncengan dengan istrinya. Karena tak bisa membedakan antara sosok bapak saya dan pakde kembar, maka si teman tersebut sempat salah sangka. Aah, ada-ada saja...

Hal lain yang sangat unik adalah adanya ikatan batin yang sangat kuat antara bapak dan pakde kembar. Walaupun sampai menginjak usia kepala 6, mereka berdua masih sangat kompak. Bila ada hal yang tidak mengenakkan di hari, rasanya ada gelombang tak kasat mata yang menghubungkan keduanya. Bila salah satunya bad mood, saudara kembarnya pun ikut bad mood. Demikian pula bila salah satunya sakit, hampir bisa dipastikan saudara kembarnya pun merasakan sakit yang hampir sama. Bila ada sebagian orang yang menyatakan hal ini hanyalah mitos, namun saya sebagai anak menyaksikan sendiri adanya ikatan batin yang sangat kuat ini di antara bapak dan saudara kembarnya.

Kisah keseruan si kembar tak jarang juga diwarnai dengan adegan yang menguras air mata. Tiga tahun yang lalu bapak saya meninggal dunia, sejak saat itu pula saya melihat kesehatan pakde kembar menurun. Mungkin kesedihan karena ditinggalkan separuh jiwanya begitu membekas di hati pakde kembar. Meski demikian pakde kembar tetap bersemangat menjalani hidup.

Bulan Desember lalu pakde kembar menjadi wali saat adik bungsu saya menikah. Melihat prosesi ijab kabul itu terasa sekali sedihnya. Tak seperti dua kakaknya, adik bungsu saya adalah satu-satunya orang yang menikah setelah bapak tiada. Sangat berbeda rasanya. Di sisi lain kemiripan sosok pakde kembar dengan bapak sedikit menghibur hati. Seakan-akan saya dapat melihat bapak saya sendirilah yang menikahkan anaknya. Suara keduanya yang mirip membuat saya terkadang memilih untuk memejamkan mata dan membayangkan bapak saya lah yang sedang berbicara itu.

Kisah keseruan si kembar rupanya harus berakhir. Sabtu tanggal 15 Agustus 2015 yang lalu, pakde kembar pergi untuk selama-lamanya. Allah telah memanggil pakde kembar untuk menghadap-Nya. Kesedihan yang saya rasakan benar-benar mirip sekali dengan kesedihan saat saya kehilangan bapak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline