Lihat ke Halaman Asli

Evy Fitria

Pelajar

Kehidupan Setelah Menikah (Part 4)

Diperbarui: 26 Juli 2024   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Kurang dari 20 menit, mobil berhenti di sebuah jalan yang terasa tidak asing bagi Via. Konon katanya kehidupan yang akan kita jalani di dunia sudah diperlihatkan semuanya ketika masih menjadi janin di dalam rahim. 

"Paman azam sudah datang, paman azam datang membawa pengantin" teriak beberapa bocah yang umurnya sekitar 7-10 tahun. "Yeeeee, paman sudah datang" Via seperti kebingungan melihat banyaknya warga yang sudah menungggu kedatangannya. "Kenapa mereka se antusias ini?" tanyanya dalam hati. Sampai tidak dirasakan, tangan mungil dan gemuk meraih tangan Via "Nak, ayo ibu temani" Sapa seorang wanita tua. 

"Aku mau dibawa kemana, mereka semua kenapa begitu bahagia?" Pernyataan yang sudah menumpuk dipikiran Via. Ia layak ikan cupang yang kelihatan bingung dengan pikiran tak menentu. "Nak, itu rumah Azam" Ucap Ibu Azam sembari menunjukan rumah yang belum jadi, temboknya masih belum dipoles sempurna. "Mari lewat sini saja" Ucap Ibu Azam sambil mengajak Via ke dalam rumahnya.

Rumah yang sangat luas namun terlihat berantakan, tidak higienis. Sangat jauh berbeda dengan rumah Via. Ibu Ernia yang dikenal pembersih itu memang tidak ada dua nya. Keramik putih yang menjadi lantai rumah Via sangat kinclong, tidak ada debu sedikitpun, "Sangat berbeda dengan rumah ini" Gumam Via dalam hati. 

Wajar saja, mungkin karena Azam adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, satu-satunya cowok dan memiliki orangtua yang sudah menua. Mungkin orangtua Azam tidak sempat membersihkan rumahnya, ditambah ketika pandangan Via menuju ruang jahit. "Ternyata orangtua Azam adalah penjahit" Gumam Via dalam hati. 

"Mungkin orangtua nya sibuk bekerja jadi tidak ada waktu untuk membersihkan rumah seluas ini". Pikirnya. Ibu Suriyanti juga menunjukkan kamar azam, dan ruang kamar lainnya. "Nanti malam, nak Via tidur disini saja, kamar nak Azam, nanti nak Azam tidur di kamar sebelah" Ucap ibu Suriyanti halus. 

Via hanya terdiam seribu bahasa.

Warga di gubuk kecil tersebut mulai berdatangan, Via merasa seperti artis yang tersesat masuk ke desa pedalaman. Semua orang meminta salaman kepada Via. Via menyalami dengan mencium punggung tangan mereka.

" Hahahaha" Mereka dengan serentak tertawa terbahak bahak. "Kenapa mereka menertawanku? aku hanya salaman dan mencium punggung tangan mereka." Gumamnya dalam hati.

"Nak, dia itu adik misan dan keponakanmu semua, kenapa kamu mencium tangannya?" Ucap salah seorang wanita tua yang berdiri di depan Via. 

"Kenapa, aku merasa sangat asing disini.." Gerutu Via dalam hati. Wajahnya memerah dan biibirnya mengerucut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline