Kala malam seperti ini, suara yang terdengar hanyalah bisik malam yang semakin membuai indra penglihatan, mengajak terlelap hingga meleburkan segala rasa di hati, pun termasuk rindu yang sekadar singgah menyapa alam mayapada di ujung singgasana hati.
Dulu, kala malam semakin larut, rindu terbahasakan melalui percakapan dan gelak tawa serta cemburu yang mengintip di balik setiap ujaran kalimat. Bagaimana rindu menyusup begitu melenakan hingga setiap malam hanya menanti sapa manja darinya, "iya, sayang."
Dulu, membahasakan rindu terasa sangatlah sederhana. Hanya melalui denting puisi yang tergores di dunia maya, sudahlah cukup terasa mendebarkan hati. Saling berbalas kata, mengelabui massa dengan indahnya tipuan rasa.
Cukup rindu ini kubahasakan berdua, tak usah ada yang tahu apalagi hendak mengusik kerinduanku pada dia yang semakin jauh di mata, tetapi sayangnya selalu ada di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H