Akhirnya hari yang dinantikan tiba juga, mengantarkan Alfi buah hati kami ke dunia pendidikan. Ada rasa haru, deg-degan dan perasaan lainnya ketika melangkahkan kaki menuju sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) yang masih dekat dengan lingkungan rumah. Saya dan suami memilih letak sekolah yang dekat untuk memudahkan keluarga mengantar jemput hingga menunggui Alfi bersekolah. Maklum, saya dan suami sama-sama bekerja, jadi selama Alfi sekolah nanti akan diantar oleh Mbahnya yang tak lain adalah Bapak saya sendiri. Baru nanti ketika memasuki sekolah dasar, kami berencana menyekolahkan Alfi ke sekolah yang jaraknya lebih jauh seiring dengan meningkatnya kemandirian dalam diri Alfi.
Terus terang saja saya deg-degan ketika mengantar Alfi ke sekolah. Deg-degan karena ini pengalaman pertama saya sebagai orang tua yang melepas anaknya ke dunia baru. Moment ini tak hanya penting bagi saya yang tak ingin kehilangan setiap detik bersama anak, tetapi juga bagi Alfi. Saya ingin agar Alfi memiliki ingatan kebahagiaan masa kecilnya dalam mendapatkan pendidikan yang menyenangkan tanpa paksaan dan mendapatkan kasih sayang orang tua termasuk ketika mengantar di hari pertama sekolah seperti yang saya rasakan dulu. Saya masih ingat perasaan bahagia ketika tahun 1990 dulu diantarkan ibu ke sekolah. Itu sebabnya saya ingin Alfi memiliki ingatan yang sama karena setiap detik yang telah berlalu itu sangat mahal tidak bisa kembali lagi.
Jauh beberapa minggu sebelumnya saya sempat khawatir jika tidak mendapatkan izin untuk mengantarkan Alfi di hari pertama sekolah. Itu karena hari pertama jatuh pada hari senin yang mengharuskan para PNS daerah seperti saya melaksanakan apel pagi. Saya sudah mempersiapkan diri untuk meminta izin ketika mendekati tanggal 18 Juli 2016 yang menjadi hari pertama masuk sekolah. Namun, semua kekhawatiran saya akhirnya terobati berkat Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Hari Pertama Sekolah yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud).
Salah satu point dalam surat himbauan tersebut dikatakan bahwa agar mendorong aparatur sipil daerah untuk mengantarkan anak ke sekolah di hari pertama dan memberikan dispensasi dapat memulai kerja sesudah mengantarkan anaknya ke sekolah dalam rangka mendukung Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Himbauan ini juga direspon baik oleh Bapak Gubernur yang semakin menguatkan saya untuk meminta izin datang terlambat karena mengantarkan anak ke sekolah. Alhamdulillah setelah meminta izin kepada atasan, Beliau menyetujui asalkan saya dapat kembali bekerja setelah selesai mengantar anak ke sekolah. Setelah permohonan izin keluar, sayapun menjadi tenang mengantarkan Alfi di hari pertamanya bersekolah.
Saat itu, saya dan Alfi berangkat dengan berjalan kaki sambil berbincang menuju sekolah. Saya memberikan gambaran bahwa sekolah itu menyenangkan karena di sana dia akan mendapat ilmu dan juga teman-teman baru. Sesampainya di lokasi, dia langsung disambut oleh ibu guru untuk diberikan name tag dan memilih bangku. Saya masih mendampinginya di belakang meskipun dia terlihat sudah bisa beradaptasi.
Kegiatan sekolah dimulai seiring dengan bunyi bel. Anak-anak berbaris di depan sekolah yang cukup sejuk untuk perkenalan dan bernyanyi bersama sebelum memulai kelas. Semuanya terlihat senang, termasuk Alfi yang mulai mengikuti setiap gerakan yang dicontohkan oleh ibu guru. Setelah itu, semua murid dipersilakan masuk ke kelas masing-masing untuk memulai aktifitas.
Kami para orang tua tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam ruangan, kalaupun ingin melihat harus dari luar jendela. Di dalam sana terlihat ibu guru mengajarkan permainan, bernyanyi, berdoa dan berhitung sambil mengajak anak-anak memberanikan diri untuk memperkenalkan namanya. Semua terlihat baik-baik saja sampai tiba di sesi makan bekal sekolah bersama.
Semua anak mengeluarkan bekal makanan, kecuali Alfi dan dua orang temannya. Saya memang tidak mengerti kalau ada sesi seperti ini di sekolah TK, apalagi Alfi sudah sarapan sebelum berangkat sehingga saya tidak membawakan bekal makanan lagi, hanya air minum saja yang ada di tas Alfi. Saya sungguh kasihan ketika melihat Alfi hanya bisa memandangi teman lain yang sedang menikmati bekal. Akhirnya saya dengan dua orang ibu yang sama-sama tidak membawakan bekal bergegas pergi ke warung terdekat untuk membeli beberapa cemilan dan juga susu kemasan. Alfi terlihat senang karena turut berpartisipasi dalam sesi makan bekal bersama ini.
Ini menjadi catatan khusus bagi saya untuk hati-hati dan lebih teliti lagi mempersiapkan keperluan Alfi bersekolah. Jangan sampai ketidak telitian membuat proses belajar mengajarnya menjadi tidak menyenangkan, bukankah saya ingin memberikan ingatan yang menyenangkan bagi Alfi?.
Waktu sudah menunjukan pukul 09.30 WIB, saat itu ibu guru mengajak para murid untuk bermain di luar. Saya senang Alfi bersekolah di TK karena aspek kognitif, afektif dan motoriknya turut dikembangkan sejak dini. Terlebih dalam hal bersosialisasi, saya berharap pengalaman selama bersekolah di taman kanak-kanak membuatnya mudah bersosialisasi ketika beranjak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah selesai bermain di luar, semua murid kembali ke kelas untuk persiapan pulang. Ibu guru mengajak anak untuk berdoa bersama dan menyampaikan pesan untuk bertemu keesokan harinya. Kelaspun ditutup dengan acara saling bersalaman. Alfi dan teman-teman secara perlahan meninggalkan sekolah sambil sesekali tersenyum ketika berpapasan dengan teman-teman barunya.