Lihat ke Halaman Asli

EVRIDUS MANGUNG

TERVERIFIKASI

Pencari Makna

Menghadapi Tantangan dan Peluang: Memahami Ajakan Pindah ke Jepang

Diperbarui: 25 Maret 2024   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Majestic Tokyo Pemandangan Kota Modern Jepang (Pexels.com/ Ravish Maqsood )

Jepang, negara yang terkenal dengan teknologi canggih dan budaya kaya, menghadapi tantangan serius terkait situasi demografi dan ekonominya. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang menyaksikan penurunan signifikan jumlah penduduknya. Penurunan ini disebabkan oleh angka kelahiran rendah dan populasi yang semakin menua.

Data statistik terbaru menunjukkan tingkat kelahiran di Jepang berada di bawah tingkat kesuburan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi. Rasio ketergantungan yang meningkat juga menimbulkan tantangan tambahan bagi perekonomian Jepang. Situasi demografi yang menurun ini berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi negara.

Menurut data awal Kementerian Kesehatan, populasi Jepang menyusut signifikan pada 2023, dengan rekor penurunan mencapai 831.872 jiwa. Jumlah kelahiran turun menjadi 758.631 bayi, sedangkan angka pernikahan mencapai 489.281, di bawah 500.000 pertama kali sejak Perang Dunia II. 

Angka kematian di Jepang mencapai rekor tertinggi 1.595.503 jiwa, menyebabkan penurunan populasi alami sebesar 831.872 jiwa, terbesar dalam 17 tahun terakhir. (Antara.com, 28/02/2024)

Menurut Kazumasa Oguro, profesor ekonomi Universitas Hosei, kemungkinan besar angka kelahiran pada 2023 akan turun di bawah 750.000. Proyeksi dari Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial pada 2017 menyatakan populasi Jepang diproyeksikan turun di bawah 100 juta jiwa pada 2053 dan mencapai 88,08 juta jiwa pada 2065.

Sementara itu, untuk pertama kalinya Jepang mencatat angka penurunan populasi di seluruh prefektur sejak 2022. Data itu dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada Rabu (26/7/2023). Mengacu pada data tersebut, jumlah orang Jepang turun sekitar 511.000 orang menjadi 122,42 juta selama 14 tahun. 

Penurunan jumlah populasi itu terjadi karena angka kelahiran terus rendah sejak 2008. Menurut Taipei Times, data kematian penduduk Jepang mencapai rekor tertinggi, yakni lebih dari 1,56 juta. Sementara hanya ada 771.000 kelahiran di negera itu. Untuk pertama kalinya, bayi yang lahir di negara itu di bawah 800.000. Puncaknya, angka kelahiran terendah mencapai rekor pada 2022 lalu. (Kompas.com, 28/07/2023)

Dengan latar belakang tersebut, tulisan ini bertujuan memberikan beberapa informasi yang perlu dipertimbangkan bagi individu yang tertarik dengan peluang pindah ke Jepang. 

Situasi Demografi dan Ekonomi Jepang

Jepang telah mengalami penurunan jumlah penduduk dalam beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan oleh tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang semakin menua. 

Tingkat kelahiran di Jepang telah turun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Faktor seperti perubahan budaya, perkembangan ekonomi, dan kesulitan memadukan karier dan kehidupan keluarga telah menyebabkan banyak pasangan menunda atau membatalkan keputusan untuk memiliki anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline