Bukan karena getaran roda pada rel kereta api
Tetapi tatapan penuh kasih sayang yang kau berikan
Di antara pramugari-pramugari cantik
Itulah kisah awal kita
Jatuh cinta pada pandangan pertama di dalam sebuah gerbong kereta api
Dan sejak saat itulah, kau selalu memberi perhatian padaku
Menanyakan kabarku
Dan akhirnya menyirami cinta pada tubuh dan jiwaku
Lokomotif cinta membawa kita sampai pada titik ini
Melintasi rel perjalanan hidup sepanjang ribuan kilo meter
Penumpangnya adalah buah hati kita dan kita sendiri
Yang tidak mau berpisah di terminal manapun
Kecuali terminal kematian
Aku bersyukur karena engkau tidak pernah menyukai jajan
Yang dijual bebas di dalam gerbong kehidupan
Sebab kau selalu mengatakan:
"Aku lebih suka makan makanan rumah"
Kemarin, tepatnya di hari kasih sayang tahun lalu
Engkau mengajakku naik kereta api
Tak kuduga kau memberikan setangkai mawar merah padaku
"Ini hatiku untukmu. Mawar Merah. Terima kasih untuk keberanianmu bersamaku mengarungi rel-rel kehidupan" katamu
Tahun ini, apakah engkau merayakan kembali cinta pertama kita
Di atas gerbong kereta api
Sambil duduk berhadap-hadapan
Lantas kau serahkan bunga mawar putih
Sebagai tanda kesucian hatimu padaku
Membenarkan apa yang kau katakan padaku
"Engkau tidak suka makan jajan di luar sana"
Puisi ini untuk memeriahkan tantangan : coklat turki, valentine click, click kompasiana, eventkomunitasonline
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H