Lihat ke Halaman Asli

EVRIDUS MANGUNG

TERVERIFIKASI

Pencari Makna

Menjadikan Tahun 2023 Lebih Bermakna

Diperbarui: 1 Januari 2023   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Bila karena ketakberdayaan kita sebagai manusia tidak bisa mengatur jalannya siang dan malam maka sadarlah ketika siang telah menjemput malam. Bila lupa pula saat dimana siang telah diganti malam maka sadarlah dirimu di setiap aktivitasmu. (Evridus Mangung)

Pergantian tahun merupakan sebuah fenomena biasa yang terus kita alami. Bila sudah memenuhi target 365 hari maka kita dikondisikan untuk memasuki tahun berikutnya. Kenyataan ini terus dilakukan sampai kapanpun sejauh kita masih menggunakan kalender seperti yang kita gunakan selama ini.

Pertanyaan bagi kita adalah adakah sesuatu yang istiwewa di setiap pergantian tahun? Pertanyaan ini bisa saja diperdebatkan. Setiap orang pasti memiliki jawaban masing-masing tergantung sudut pandang yang digunakan. Misalkan saja tentang umur. Kalau tahun kemarin usia sudah mencapai 40 tahun maka jelas di tahun berikutnya menjadi 42 tahun. Ada juga yang melihat dari perjumpaan dirinya dengan pengalaman dan seterusnya.

Terlepas dari persoalan tentang perdebatan keistimewaan sebuah tahun bagi kita masing-masing, saya coba melihat terhadap fenomena biasa yang juga tidak bisa kita elak. Pengalaman perjumpaan kita dengan hari-hari yang kita lalui.

Sebagaimana kemarin kita bertemu dengan siang dan malam tentu juga hari ini kita akan mengalami yang sama. Esokpun kita akan berhadapan dengan keadaan pergantian siang dan malam.

Pergantian siang dan malam merupakan fenomena alam yang sudah diatur sedemikian rupa oleh sesuatu yang lain. Saya dan Anda pasti sepakat mengatakan bahwa kita tidak bisa menghentikan rotasi siang dan malam.

Tetapi dalam kondisi ketidakmampuan untuk mengatur siang dan malam, adakah kesadaran yang berulang di setiap kali pergantian itu terjadi. Misalkan saya menyadari bahwa siang sudah selesai dan sekarang saya memasuki malam.

Tetapi sayangnya, ada fenomena negatif yang sering kali dijumpai atau bahkan kita sendiri yang mengkondisikan tentang itu. Fenomena negatif itu sering kali tersisip di sela-sela pergantian siang dan malam. "Ah hari, cepatlah berlalu, aku sudah tidak tahan menghadapi hal ini".

Kita telah membuat dua kondisi yang tidak berguna dalam menikmati karunia terbesar yang kita telah terima secara gratis. Pada satu pihak, kita lupa menyadari pergantian siang dan malam dan pada pihak lain kita seolah-lah mengutuk hari yang dialami.

Padahal kedua kondisi yang sebutkan di atas secara tidak langsung telah memberi andil buruk bagi setiap orang. Andil buruk yang bisa terjadi misalnya menjalankan hari-hari dengan beban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline