Pada hamparan ladang ini, aku berdiri tegak sebagai kayu lapuk yang tak dihargai lagi. Pencari kayu bakar tak melirikku sebab aku dianggap tak berguna. Itu pikirku. Sebab bila dirimu lewat engkau hanya mungkin mengatakan: "Kayu ini sudah lapuk". Lalu sesegera mungkin meninggalkanku.
"Hei kawan, Janganlah cepat pergi dan berlalu. Perhatikan tanaman di sekitarku. Bertumbuh subur. Atau kembalikan memorimu pada beberapa tahun silam. Engkau memujiku. Dan memtongku menjadi bahan bangunan yang kokoh. Tempat tinggalmu sekarang"
Demikian kayu lapuk itu mengingatkan kepada semua orang yang lewat. Menghargai kehidupan kapan saja dan dimana saja. Menilai berguna bukan oleh karena produktif dari sudut pandang tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H