Kita semua pasti menginginkan setiap pertandingan sepak bola baik tingkat lokal, nasional maupun internasional tidak boleh memakan korban nyawa. Namun dalam kenyataannya tragedi sepak bola masih saja memakan korban jiwa. Tragedi Kanjuruhan merupakan salah satu contoh bagaimana wajah persepakbolaan Indonesia yang tidak sesuai harapan kita semua.
Para pecinta bola mulai resah dengan keadaan buruk yang mencoreng persepakbolaan kita. Berbagai kalangan mengomentari tragedi sepak bola Kanjuruhan. Salah satu pecinta bola sekaligus Mantan Presiden Inter Milan melalui akun Instagram-nya @erickthohir, Erick Thohir menyatakan sepak bola seharusnya menjadi pemersatu, di mana di dalamnya terdapat nilai sportivitas dan kemanusiaan. Erick Thohir mengajak semua pihak untuk menghentikan segala macam tindak kekerasan yang terjadi khususnya terkait dengan pertandingan sepak bola.
Kalau kita menelusuri sejarah persebakbolaan di tingkat dunia, sebenarnya kita juga bisa menemukan kejadian serupa dimana sepak bola telah memakan korban jiwa dengan masing-masing penyebab/pemicunya. Mengutip Kompas.com berikut merupakan lima insiden di stadion sepak bola yang merenggut banyak korban jiwa:
- Estadio Nacional, Peru (24/5/1964). Pemicu: gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit. Hal itu kemudian menimbulkan kerusuhan yang mengakibatkan korban berjatuhan.
- Accra Sports' Stadium, Ghana (9/5/2001). Pemicu: Suporter Asante Kotoko tidak menerima kekalahan lantas mulai mengambil kursi stadion dan melemparkannya ke lapangan ketika laga tersisa lima menit. Polisi yang berjaga merespons dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan penonton, hal yang justru membuat kepanikan. Para penonton berhamburan dan berdesak-desakan hingga menimbulkan korban jiwa.
- Hillsborough, Inggris (15/4/1989). Pemicu: Insiden bermula ketika erjadi penumpukan penggemar Liverpool setelah polisi setempat memutuskan membuka dua akses gerbang menuju tribune teras. Namun, pihak kepolisian luput memantau jumlah penonton yang masuk ke dalam tribune tersebut hingga akhirnya terjadi overkapasitas. Kondisi saat itu diperparah dengan adanya pagar pembatas antara tribune dan lapangan sehingga suporter yang berada paling depan terjepit dan tidak bisa menyelamatkan diri.
- National Stadium, Nepal (12/3/1988). Pemicu: Hujan es tiba-tiba muncul dan menimbulkan kepanikan suporter karena sebagian besar sudut stadion tidak beratap. Suporter berdesakan saat berusahan menyelamatkan diri hingga akhirnya menimbulkan banyak korban jiwa.
- Mateo Flores National Stadium, Guatemala (16/10/1996). Pemicu: Banyaknya pemalsuan tiket yang membuat stadion dihadiri penonton yang melebihi kapasitas.
Dari lima tragedi sepak bola di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa penyebab yang mengakibat korban nyawa dalam pertandingan sepak bola. Penyebab yang muncul adalah:
- Wasit menganulir gol.
- Suporter tidak menerima kekalahan
- Polisi yang berjaga merespons dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan penonton, hal yang justru membuat kepanikan. Para penonton berhamburan dan berdesak-desakan hingga menimbulkan korban jiwa.
- Penumpukan penggemar hingga akhirnya terjadi overkapasitas.
- Keadaan alam tidak bersahabat
- Banyaknya pemalsuan tiket yang membuat stadion dihadiri penonton yang melebihi kapasitas.
Kembali ke wajah persepakbolaan Indonesia. Pertanyaan bagi kita adalah jika sepak bola dijadikan sebagai alat pemersatu yang mengedepankan nilai sportivitas dan kemanusiaan maka mengapa sekarang nilai-nilai yang terkandung didalamnya mengalami pergeseran yang sangat signifikan? Nilai pemersatu bergeser menjadi kekerasan. Bagaimana cara mengatasi ketika sepak bola menjadi ajang dari kekerasan? Bagaimanama cara mengembalikan nilai-nilai yang sudah salah itu kepada posisinya yang benar?
Ada begitu banyak pertanyaan yang mungkin masih bisa dideretkan untuk menyelamatkan dunia persebakbolaan kita. Bila kita mempelajari penyebab masalah dari lima tregedi sepak bola di belahan dunia lain seperti yang telah dibeberkan di atas maupun tragedi Kanjuruhan maka sebenarnya sudah terimplisit langkah-langkah yang harus dibuat untuk dunia persebakbolaan tanah air.
Pertama, Wasit. Kita mengusulkan agar wasit yang memimpin pertandingan selalu tetap menjaga profesionalitasnya, berkompoten dan memiliki intgeritas diri. Apabila ada wasit yang sudah melakukan beberapa kali kesalahan dalam memimpin pertandingan diberi tindakan yang tegas lewat teguran dan bila perlu dicabut hak wasitnya.
Kedua, Kepolisian. Pertandingan sepak bola sudah mulai menjadi salah satu cabang olahraga yang diminati anak bangsa kita saat ini. Oleh karena itu, perlu latihan khusus yang bisa menyelesaikan semua kemungkinan yang terjadi selama pertandingan.
Ketiga, PSSI. Tugas dan fungsi PSSI harus dijalankan dengan baik. Tugas dan fungsi PSSI bisa dibaca di sini
Keempat, Suporter. Suporter sejak awal harus menginternalisasi nilai-nilai postif dalam dirinya. Nilai yang dimaksudkan meliputi nilai kejujuran, kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi orang lain dan dirinya sendiri, tanggung-jawab, cinta damai, peduli lingkungan, Bersahabat/Komuniktif, mengakui kekalahan, dan lain sebagainya. Suporter yang melanggar ketertiban ditindak tegas untuk tidak boleh menonton pertandingan selama beberapa dekade.