Lihat ke Halaman Asli

(MPK) Terhubung

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku heran, pekerjaan begini banyak tidak satupun yang menarik. Membuat kata sambutan, menulis beberapa paragraf pada lembar profil perusahaan, iklan-iklan yang menyesatkan, ah kenapa pula tak ada yang menantang. Bukannya apa, seringkali memanipulasi data bukan keinginanku. Kata-kata adalah senjata promosi dan aku tidak ingin menyalah gunakan untuk membunuh, memengaruhi masyarakat pada ketidak jelasan sebuah manfaat produk industri. Dan ini jebakan, aku butuh pemasukan, namun bukan cara seperti ini. Keinginanku untuk menulis cerpen sudah beberapa lama memudar. Butuh mood yang luar biasa. Dan aku dalam masalah.

Aku sering bertengkar dengan Mel akhir-akhir ini, perbedaan yang mencolok mulai terkuak. Aku memilih malam hari untuk bekerja sementara Mel memulai segalanya pada pagi hari. Dia sudah terbiasa dengan jam biologisnya dan aku dengan kebiasaan melawan hukum alam. Malam hari adalah waktu yang super tepat untuk penulis sepertiku, bebas dari hiruk pikuk sekitar sehingga seluruh pikiranku begitu fokus untuk mengembangkan imaji dan kreatifitas. Mel sulit mengerti akan hal ini. Dan ini awal segala permasalahannya.

Aku sadar, tak dapat mengubah cara pandang seseorang, namun lalu lintas argumentasi tetap berjalan dan seperti biasa aku dan Mel bersikukuh dengan pendapat masing-masing. Aku mencintai Mel dan begitu pula sebaliknya, sayangnya otak kiri kami mendominasi hubungan ini, berlarut-larut hingga pada sebuah bentuk benang yang kusut. Kami berdua sulit mengurai gumpalan benang itu agar dapat kembali rapih terjalin, yang ada malah semakin ruwet dan kami berlama-lama dengan keruwetan itu. Tidak ada yang salah dalam hal ini dan mungkin tidak satupun yang benar pula.

Suara Hayley Williams menggema dari ponsel di atas meja kerjaku. Aku beranjak dengan malas mengangkatnya, ada suara Siska rekan sesama penulis yang juga kadang berperan sebagai malaikat tak bersayapku soal job menulis.

Frank, hello…are you okay?” Suara Siska semacam orang khawatir aku akan segera mati.

“Ya, cyiin… kenapa?, aku baik-baik saja..seperti Pingkan Mambo..” Jawabku asal.

“Gokil lo ya, seminggu matiin hp, email gak direply, mention twitter gak dibalas, nge-wall FB gak ada tanggepan..kemana aja Pak? Lo gak bikin acara bunuh diri secara berencanakan?”

“Hahaha… lo kali yang gelo, gue masih mau hidup kali bok, gue lagi ada sedikit masalah sama Mel, tahu nih.. agak puyeng kepala euyy..” Aku pindah duduk ke sofa untuk bercakap-cakap lebih nyaman dengan Siska. Untuk urusan telpon menelpon Siska sangat irit, jadi begitu dia telpon pasti ada hal yang sangat penting. Oh Tuhan semoga ada job menulis yang honornya 1 M, amin. Aku berdoa sembarangan, Tuhan, maafkan aku.

“Lo inget Jasmin gak Frank? Yang pernah ketemu kita di PlazaIndonesiatahun lalu waktu peluncuran produk kosmetik. Itu loh..yang lagi heboh di Infotainment.. yang sedang terlibat kasus trafficking dengan salah satu pejabat Negara..” Siska mulai membuka percakapan, Jasmin? Apa pula hubungannya denganku?

“Jasmin? Iya tahulah…. Bintang film itu.. emang ada masalah apa sama kamu?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline