Lihat ke Halaman Asli

Evita Putri Lestari

Mahasiswa UIN Prof K.H Saifuddin Zuhri Purwokerto /Penulis di SKSP

Pagelaran Wayang Kulit Lakon Wahyu Senopati dalam Rangka Merdi Desa Purbowangi

Diperbarui: 28 Juli 2024   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi KKN kel 41 UIN Saizu PWT

Purbowangi - , Sabtu 27 Juli 2024 Desa Purbowangi yang terletak di Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen mengadakan acara Merdi Desa. Merdi Desa sendiri ialah salah satu tradisi yang masih melekat dan dilestarikan oleh masyarakat  Desa Purbowangi. Adapun puncak dari rangkaian acara merdi desa ini yaitu adanya Pagelaran Wayang Kulit yang dihadiri langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati Kebumen, Camat Buayan, Kepala Desa dan Perangkat Desa, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas dan Seluruh masyarakat yang diundang.  

Kegiatan ini bekerja sama dengan Pemerintah Desa dan warga masyarakat sekitar. Selain itu, Mahasiswa KKN Kelompok 41 UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto yang sedang melaksanakan KKN di Desa Purbowangi juga ikut tergabung dan terlibat dalam acara Merdi Desa ini, mulai dari membantu memasak untuk makan snack penonton dan persiapan kenduren. Ikut terjun dan memeriahkan langsung puncak acara merdi desa yaitu pagelaran wayang kulit.

Dokumentasi KKN Kel 41 UIN Saizu PWT

Dokumentasi KKN kel 41 UIN Saizu PWT

Sebagai suatu puncak acara Merdi Desa Purbowangi ini yaitu adanya pagelaran Wayang kulit dengan lakon "Wahyu Senopati" yang di dalangi oleh Dalang Ki Samirun Hadiwarsono. 

Dokumentasi KKN kel 41 UIN Saizu PWT

Tradisi merdi desa sendiri sudah ada sejak dulu dari jaman nenek moyang yang dilaksanakan masyarakat, tidak ada yang tau pasti mengenai sejak kapan merdi desa ini mulai di rayakan,dan saat ini menjadi sebuah agenda rutin Desa Purbowangi. 

Merdi desa, sering disebut juga bersih desa, pada hakikatnya ialah bentuk rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa atas segala limpahan karunia yang diberikan-Nya. Karunia tersebut bisa berujud apa saja, seperti kelimpahan rezeki, keselamatan, serta ketentraman dan keselarasan hidup. Bahkan orang Jawa percaya, ketika sedang dilanda duka dan tertimpa musibah pun, masih banyak hal yang pantas disyukuri. Masih ada hikmah dan pelajaran positif yang dapat dipetik dari terjadinya sebuah petaka. Di samping itu, rasa syukur juga bisa menjadi pelipur sekaligus sugesti yang menghadirkan ketenangan jiwa

"Acara ini kita gunakan sebagai ajang instropeksi diri, bagaimana kita sudah bersyukur dalam segala kehidupan yang kita miliki saat ini, seperti nikmat sehat, bagaimana kita dalam hal beribadah. Maka kita berharap semoga kita semua selalu senantiasa bersyukur" Ungkap Ibu Ristawati Purwaningsih Selaku Wakil Bupati Kebumen dalam sambutannya pada pagelaran wayang dini hari. 27/07/24

Dokumentasi KKN kel 41 UIN Saizu PWT

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline