Lihat ke Halaman Asli

Pangan 2019: Tekan Impor Pangan, Hidup Petani Lokal!

Diperbarui: 30 Oktober 2019   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi: Kegiatan Hari Pangan Sedunia 2019 di IAIN Salatiga, Jawa Tengah.

Tanaman Pangan. Siapa sih yang tidak kenal dengan kelompok dari tanaman ini. Tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita. Bagaimana tidak? Sedangkan pangan merupakan makanan pokok yang kita konsumsi setiap hari sebagai sumber energi utama bagi kelangsungan hidup kita. Coba bayangkan apabila tanaman ini sudah tidak lagi tersedia di negara kita Indonesia atau dilingkungan hidup kita. Apakah kita masih bisa bertahan hidup ? Kemungkinan sebagian besar dari kita akan menjawab tidak. Oleh karena itu perlu kesadaran dari kita sebagai konsumen pangan untuk mengembangkan tanaman pangan di negara kita dan tidak hanya bergantung pada petani. Kita sebagai konsumen jugaharus mengambil peran dengan mendukung setiap kegiatan yang berkaitan dengan pangan dan pengembangannya di Indonesia.

Salah satu bentuk dukungan yang bisa kita lakukan terhadap pangan yaitu dengan memperingati hari pangan sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober. Tahun ini kegiatan hari pangan sedunia di Indonesia dilaksanakan didaerah Kendari. Dan hal yang sama juga dilakukan oleh provinsi Jawa Tengah dengan memperingati hari pangan sedunia yang dilaksanakan di kampus 3 IAIN Salatiga, Jawa Tengan pada tanggal 25 sampai 27 Oktober 2019 dengan mengangkat tema hari pangan sedunia tahun 2019 "Our Action Are Our, Healty Diets #ZeroHungerWorld" dan tema nasional "Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045".

Kegitan ini dilaksanakan dengan mengadakan pameran tanaman pangan dari berbagai daerah atau kota se-Jawa Tengah dengan mendirikan stand-stand. Pada pameran tersebut tanaman pangan yang sangat mendominasi adalah tanaman padi, singkong, ubi jalar, dan jagung. Selain itu terdapat juga tanaman pangan lainnya seperti talas, labu kuning, kacang-kacangan, dan shorgum.

Dari kegiatan tersebut dapat dikatakan bahwa Indonesia masih memiliki berbagai macam jenis tanaman pangan yang tersedia. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah ketersediaan berbagai macam jenis tanaman pangan yang dihasilkan oleh petani kita sudah kita manfaatkan dan gunakan semaksimal mungkin ? Saya kira belum. Mengapa ?

Tentunya kita bisa memiliki jawaban yang berbeda-beda dari pertanyaan ini, akan tetapi apabila kita melihat keadaan sekitar dapat kita lihat bahwa sesungguhnya masih banyak diantara kita yang lebih memilih menggunakan produk-produk dari luar atau yang sudah tidak asing lagi kita dengar yaitu IMPOR dibanding menggunakan produk lokal.

Tentunya ada berbagai macam alasan mengapa kita lebih memilih produk impor dibanding dengan produk lokal atau dalam negeri. Akan tetapi apabila kita tetap mempertahankan hal ini, apakah kita telah memikirkan bagaimana dengan nasib petani kita yang telah bersusahpayah untuk menyediakan kebutuhan hidup kita terhadap berbagai macam jenis tanaman pangan yang kita butuhkan ? Sudahkah kita memikirkan hal tersebut ? Begitu banyak pertanyaan yang bisa timbul dalam benak kita akan hal ini.

Namun apabila kita telah menyadari akan hal tersebut tidak ada salahnya jika kita memiliki keinginan untuk membantu sesama kita atau petani di Indonesia meskipun dalam hal kecil. Salah satu tindakan kecil yang dapat kita lakukan untuk mensejahterakan dan memajukan petani kita yakni dengan mengurangi impor tanaman pangan yang telah tersedia dan cukup di negara kita dan beralih menggunakan produk lokal. Sikap kita terhadap aktivitas impor tanaman pangan di Indonesia tentunya tidak dapat diputuskan begitu saja karena ada beberapa tanaman pangan yang memang perlu di impor untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di Indonesia. Salah satu contohnya yaitu tanaman padi, dimana menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) volume impor beras Indonesia periode Januari-November 2018 seberat 2,2 juta ton melonjak dibanding periode Januari-Desember 2017 yang hanya mencapai 305,75 ribu ton.

Oleh karena itu pengurangan jumlah impor dapat kita lakukan secara perlahan-lahan sampai petani dan pemerintah dapat menghasilkan tanaman pangan yang bisa mencukupi kebutuhan hidup kita. Jika hal ini mulai kita lakukan secara perlahan maka tentunya secara tidak langsung kita telah membantu petani dan mensejahterakan petani kita. Dan apabila kegiatan ini dilaksanakan secara terus-menerus maka hal ini akan diwariskan pada anak cucu kita di masa yang akan datang, sehingga impor di Indonesia dapat kita tekan dan bahkan akan menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045 seperti pada tema hari pangan nasional tahun ini.  

Sumber: https://databoks.katadata.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline