Vampyroteuthis infernalis atau yang diartikan sebagai cumi-cumi vampir yang berasal dari neraka. Selain karena arti nama latinnya, pemberian nama “vampir” pada spesies ini juga merujuk pada morfologi tubuhnya, yaitu mata besar berwarna biru, warna tubuh gelap kemerahan, serta jaring-jaring yang memanjang dari kedelapan tentakelnya. Uniknya, meskipun dinamakan cumi-cumi, Vampyroteuthis infernalis bukanlah cumi-cumi yang sesungguhnya. Spesies ini merupakan satu-satunya anggota ordo Vampyromordhia (Kelas Cephalopoda) yang memiliki kesamaan karakteristik dengan famili Octopodiformes (gurita) dan Decapodiformes (cumi-cumi).
Cumi-cumi vampir berukuran kecil dengan panjang tubuh maksimum hanya mencapai 30 cm. Spesies ini memiliki 8 tentakel tetapi tidak memiliki tentakel makan. Selain itu, terdapat juga 2 filamen yang memanjang dan berfungsi sebagai sensor makanan atau predator bagi cumi-cumi vampir. Kedelapan tentakel yang panjang pada cumi-cumi vampir disatukan dengan banyak jaring-jaring serta di setiap tentakel dipenuhi dengan cirri dan 21 alat pengisap (sucker). Cumi-cumi vampir juga dilengkapi dengan dua sirip di bagian dorsal mantel. Keunikan lainnya dari cumi-cumi vampir adalah adanya metamorfosis pada ukuran, bentuk, dan posisi sirip seiring dengan bertambahnya usia. Ketika panjang mantel spesies ini mencapai 15-25 mm, sepasang sirip kedua mulai berkembang di depan pasangan sirip pertama. Setelah pasangan sirip yang baru telah berkembang dengan sempurna, pasangan sirip pertama akan tereabsorbsi. Sirip baru inilah yang akan mengubah gaya berenang cumi-cumi vampir yang awalnya berupa jet propulsion (bergerak dengan dorongan air) menjadi fin propulsion (dorongan sirip)
Persebaran cumi-cumi vampir umumnya ditemukan pada daerah perairan tropis dan sedang, dengan kedalaman 600-900 m. Habitat cumi-cumi vampir yang cukup dalam tersebut menunjukkan bahwa keadaan habitatnya sangat minim cahaya atau bahkan gelap dan memiliki konsentrasi oksigen cukup rendah hingga 0,4 ml/L. Keadaan perairan yang gelap tersebut mengakibatkan morfologi cumi-cumi vampir dilengkapi dengan fotofor di sekujur tubuhnya untuk menghasilkan partikel bercahaya selama 2-9 menit untuk membantu pergerakannya di laut dalam. Kemampuan ini biasa disebut dengan bioluminescence. Cumi-cumi vampir dikenal sebagai perenang lambat karena ototnya yang lemah, namun spesies ini memiliki beberapa mekanisme unik dalam menghindari predatornya. Cumi-cumi vampir akan membentuk postur defensif dengan cara melindungi kepala dan mantel dengan tentakel serta jaring-jaring di antara tentakel. Selanjutnya, ujung tentakel dan pangkal sirip akan berpendar sebagai hasil dari bioluminescence yang biasanya diikuti dengan respons menghindar (escape) dan dibantu dengan penyamaran warna tubuh cumi-cumi yang gelap seperti keadaan ligkungannya. Selain itu, spesies ini juga akan mengayunkan tangannya untuk mengecoh predator sehingga sulit untuk menentukan lokasi dan pergerakan cumi-cumi vampir.
Meskipun dinamakan vampir, cumi-cumi vampir tidak mengambil makanan dengan cara menghisap darah. Cumi-cumi vampir diketahui bersifat sebagai detritivorus oportunistik atau memangsa partikel-partikel organik pada perairan. Partikel-partikel organik tersebut dapat berupa pellet tinja zooplankton, cangkang larva, serta organisme planktonik seperti radiolaria dan diatom. Selain itu, mangsa spesies ini juga dapat berupa krustasea planktonik yang utuh atau terpotong serta sisik maupun tulang ikan. Cumi-cumi vampir mencari mangsa dengan menggunakan fotofor (organ penghasil cahaya) pada ujung tentakel dan filamen sensori. Fotofor digunakan untuk menarik mangsa, sedangkan filamen sensori digunakan untuk menemukan letak mangsa dan kemudian menangkapnya dengan gerakan melingkar.
Keadaan habitat cumi-cumi vampir yang cukup dalam dan rendah akan oksigen, menyebabkan cumi-cumi vampir memiliki beberapa mekanisme adaptasi. Selain memiliki warna tubuh yang gelap untuk menghindari mangsa, cumi-cumi vampir juga memiliki adaptasi proses respirasi untuk memaksimalkan penggunaan oksigen. Cumi-cumi vampir menekan laju metabolisme aerobik untuk mencegah terlalu banyak oksigen yang terbuang dari sel tubuh. Selain itu, spesies ini juga memiliki protein pernapasan atau hemosianin yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen sehingga lebih banyak oksigen yang dapat diserap oleh sel tubuh. Cumi-cumi vampir juga memiliki daya apung netral sehingga dapat mengurangi pengeluaran energi yang digunakan untuk berenang.
Hal unik lain dari cumi-cumi vampir terdapat pada strategi reproduksinya. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Hoving dkk. (2015), spesies ini diketahui melakukan beberapa siklus reproduksi. Hal tersebut sangat berbeda dengan kelompok chepalopoda pada umumnya yang hanya melakukan sekali siklus reproduksi. Cumi-cumi vampir betina akan mengeluarkan telurnya (spawning) dan kemudian masuk ke fase istirahat yang diikuti dengan perkembangan telur untuk selanjutnya dikeluarkan kembali. Lamanya fase istirahat tersebut tidak diketahui, tetapi ketika jumlah gonad pasca-ovulasi yang dikeluarkan sebelumnya sudah menurun hingga seperempatnya, barulah kumpulan oosit baru akan berkembang dan dikeluarkan kembali. Siklus reproduksi ini kemungkinan akan berulang lebih dari 20 kali. Adaptasi reproduksi ini diduga disebabkan karena tingkat metabolisme yang rendah pada cumi-cumi vampir sertasumber makanannya yang berkalori rendah sebagai akibat dari tekanan ekologi. Hal tersebut berakibat pada adaptasi reproduksi cumi-cumi vampir yang berjalan cenderung lambat karena sumber energi yang minim.
Daftar acuan :
Hoving, H. J. T., Laptikhovsky, V. V., & Robison, B. H. 2015. Vampire squid reproductive strategy is unique among coleoid cephalopods. Current Biology 25(8): R322-R323.