Lihat ke Halaman Asli

PenaYonda

Penulis dan guru jalanan

Menjadi Masa Remaja adalah Masalah

Diperbarui: 20 November 2022   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

PenaYonda-Di balai pinang, dengan senyum tipis berekspresi mencari jati dirinya, memainkan gitar tak ber senar seolah kegelapan mendekat dan menelang, penuh ketakutan dan gelisah akan hidup. Kegelisahannya tentang hidup membuatnya merenung sebentar, dan bertanya sa akan hidup berapa lama di dunia ini, sa punya usia sudah 18 tahun. sa punya bapade pernah kuliah hukum tapi tidak lulus dan dia pernah bilang secara hukum usia 18 tahun tergolong masa remaja. Pada saat ini sa bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. sa berusaha berpura-pura bersikap seperti orang dewasa tapi ke-nakalan sebagai seorang anak masih ikut dalam sa pu tingkah jadi sa berada di tengah-tengah Anak dan Dewasa yang disebut remaja. Remaja adalah dari keadaan yang satu menuju pada keadaan yang lain, atau sering disebut masa  peralihan atau masa transisi bisa juga dibilang   ada dua masa pada satu pribadi. 

Remaja adalah masa penting,masa peralihan,masa perubahan, masa mencari identitas, masa bermasalah,masa ketakutan dan kesulitan, serta masa yang tidak realistis.

sa pikir masa remaja sangat penting karena memiliki pengaruh jangka panjang terhadap sa punya kebiasaan macam-macam, sa tra sadar bertumbuh dan berkembang secara biologis yang mempengaruhi sa punya mental dan psikologis disaat yang sama sa harus pila nilai-nilai baik dan jelek lalu menentukan minat yang sa sukai. 

sa percaya sekali dan sedang berusaha meninggalkan sa pu macam-macam kekanak-kanakan dan mendekati bapade dong pu sikap maksudnya seperti orang dewasa. sa emosi sekali gara-gara tetapkan  minat dan peran saya di dalam masyarakat, sebab selain sa jalani sa pu mau sa juga dituntut untuk menjaga pandangan orang lain tentang sa. karena perubahan pola pikir membuat keluarga satu dara bisa jadi musuh dan orang lain bisa jadi keluarga dari sisi kesamaan frekuensi pada banyak hal. sebagai remaja juga menerima dan diterima, dihargai dan menghargai, memperhatikan dan diperhatikan, dilindungi dan melindungi, mencintai dan dicintai, dihormati dan menghormati adalah menjadi sebuah kebutuhan dasar mental dan psikologis. pada saat   sa  putuskan tra'mau jadi sama dengan sa teman-teman dalam segalah hal, disaat itu identitas diri saya muncul, sa tra mau ikut-ikutan, kesini-kesana karena sa bisa putuskan apa yang penting dan apa yang harus sa lakukan karena sa sudah tahu masa remaja adalah masa bermasalah. Banyak penulis buku tentang remaja mendefinisikan hidup pada masa remaja sesuai konteks dan masalah yang dialaminya, tapi paling tidak semua remaja sepakat hidup adalah serangkaian masalah. masalah datang kapan saja dan dimana saja terus-menerus selama kita masih hidup. 

Orang tua menekan kita supaya sukses, gereja menekan kita supaya bersikap baik, kampus menekan kita supaya nilai IPK bagus, keluarga menekan kita dengan gosip hancurkan privasi kita, media sosial menekan kita membenci tubuh kita sendiri, dunia menekan kita supaya dapat mengikuti perubahan zaman. Kami semakin ditekan seakan tidak punya harapan dan masa depan. dengan masa remaja yang belum terlalu matang untuk mengelola atau mengatasi masalah membuat kami cenderung kecewa dan putus asah, takut dan bingung, benci dan dendam dengan diri kami sendiri, keluarga, bahkan dunia. Hal ini membuat kami dilema terhadap konsep diri atau krisis identitas. Belum lagi baru selesaikan satu masalah, masalah yang lain sedang antri seolah hidup ini untuk mengurus masalah.  

Lalu kami sering berpikir meninggalkan atau lari dari masalah tapi, 

mau lari ke planet yang mana? 

planet yang paling unik dan memiliki kehidupan hanya bumi yang manusia tinggal, jika kami pikir lari dari masalah dan ke planet lain maka kami sedang menciptakan masalah baru yang lebih rumit, dari masalah di bumi karena untuk pergi ke planet lain harus membutuhkan alat teknologi canggih, biaya, kesiapan mental dan alat bantu pernapasan (Oksigen buatan) jadi pilihan terakhirnya adalah mengakhiri hidup/bunuh diri atau memandang masalah yang ada didunia ini dengan cara pandang yang beda. Bagaimana  kami(REMAJA) memandang dunia akan menentukan identitas diri dan memahami gambar diri. 

Pondasinya semua orang pernah hidup, sedang hidup dan akan hidup dengan mengalami atau melewati "masa remaja"  masa remaja adalah salah satu fase dalam kehidupan. Yang masih anak-anak belum melewati masa remaja tapi akan mengalami nanti dan orang dewasa sudah lalui dan tidak akan pernah terulang masa remaja lagi jadi sebenarnya "masa remaja" itu sangat spesial. karena kita(remaja)  harus bersyukur dan berdamai dengan diri kita. Kan, kita bisa ambil keputusan sendiri untuk menentukan masa remaja yang produktif dan berdampak bagi diri sendiri, keluarga dan bangsa. Menjadi remaja yang produktif merupakan tugas dan tanggung jawab moral dengan cara dan panggilan masing-masing. Kehidupan di fase remaja juga merupakan  akumulasi artinya hidup kita saat ini dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan saat anak-anak dan apa yang akan terjadi kedepan saat dewasa adalah apa yang kita tabur atau lakukan hari ini.  Oleh karena itu pilihan minat(interest) dan hasrat(passion) harus digali dan dipertajam  karena masa remaja identik dengan fase kuliah-(mahasiswa/i) dimana fokus kita memang benar-benar belajar dan mengembangkan diri secara maksimal. 

masa kuliah tidak terlepas dengan identitas kampus yaitu almamater tapi jangan lupa identitas diri dimana hal ini harus menjadi ciri khas atau pembeda dengan remaja yang lain. selain itu cara pandang(mindset) kita terhadap diri kita juga berperan penting mempengaruhi  perkembangan mental dan psikologi sehingga kita juga perlu pandangan sederhana seperti ini, "saat diskusi jika idemu dianggap bodoh atau tidak berbobot, anda merasa bodoh dan tidak bisa lalu khawatir orang lain juga memikirkan seperti itu". Ketika anda mulai hidup menurut perspektif orang lain, kata orang tentang kamu, pendirian mu, identitas mu mulai kabur atau tidak jelas, hal itu menumbuhkan benih mental rendah diri dan menolak gambar diri.  jadi sebagai remaja harus yakin dengan perkataan dan tindakan, salah atau benar urusan belakang yang penting yakin!. Keyakinan kita terhadap apa yang kita lakukan memberikan kita mental optimis dan menjadi remaja produktif. Kemudian  dari proses interaksi dengan orang lain, respon kita terhadap fenomena di lingkungan, pengalaman baik buruk yang kita alami, kemajuan cara berpikir kita memberikan definisi jati diri kita yang sesungguhnya sehingga tingkah kita tidak akan menipu diri kita dan orang lain bahwa kita masih anak" atau dewasa. Kita adalah di antara anak dan dewasa yaitu Remaja. katakan saya senang jadi remaja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline