Lihat ke Halaman Asli

Peran Perawat Profesional di Era Globalisasi? Tergantikan oleh Robot?

Diperbarui: 14 Juni 2022   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perubahan dalam seluruh aspek di dunia ini akan terus berjalan dan tidak bisa dipungkiri, bahwa sebagai manusia yang hidup di dunia maka harus mengikuti perkembangan yang terjadi baik perkembangan dari sisi budaya, pengetahuan ataupun pemanfaatan teknologi yang semuanya terjadi secara cepat dengan melewati batasan-batasan seperti jarak, ekonomi, hingga budaya.

Jika kita kaitkan antara perubahan dengan sejarah keperawatan di dunia maka kita bisa menarik cerita ke belakang terkait sejarah dari keperawatan itu sendiri. Kita akan selalu terkenang oleh nama Florence Nightingale. Beliau merupakan pelopor dari perawat masa kini dalam sejarahnya. Dikatakan bahwa awal mulanya ada istilah perawat adalah ketika setiap malam Florence Nightingale membawa lampu mengelilingi tenda dan merawat para tentara yang terluka pada saat perang Krimea, dan dari cerita itulah tercetus kata  “insting mother” yang menghadirkan buku teks keperawatan dan “Nursing Notes” yang menjadi sangat populer hingga memotivasi keyakinan bahwa ada body of nursing knowledge yang berbeda dengan medical knowledge yang memberikan dasar bahwa keperawatan merupakan metode pengasuhan (care) yang terstruktur dan menjadi sebuah pendekatan professional, serta diyakini merupakan kombinasi antara pemikiran kritis dan perilaku caring (Alligood, M. R, 2014).

Di Indonesia sejarah perkembangan perawat diawali dengan hadirnya pendidikan keperawatan di kenal dengan Rumah sakit PGI Cikini kemudian di tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang pertama di Indonesia yang ditumbuhkan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PSIK-FIK UI), hingga saat ini dinaungi oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), walaupun tidak bisa dipungkiri faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keperawatan itu sendiri ada 4 aspek yang berpengaruh yaitu budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Berdasarkan sejarah dan perkembangan keperawatan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh perawat tidak bisa digantikan oleh robot dikarenakan kembali lagi pada peran dan fungsi perawat yang melakukan tindakan keperawatan berdasarkan asuhan keperawatan yang profesional dengan prinsip caring atau bisa kita sebut care dan dipengaruhi oleh ilmu dan seni.

Coba kita bayangkan bersama apabila kita dirawat oleh robot yang ilmunya dan seninya sudah terprogram dan tidak berdasarkan oleh sisi caring. misalkan saja saat kita dirawat dirumah sakit dan berada pada fase kehilangan salah satu anggota tubuh kita yang terpaksa dioperasi karena kondisi tertentu. Orang yang memberikan support kita adalah robot yang belum tentu bisa memberikan high-touch sama seperti manusia. Kita diperlakukan seperti program yang sudah diberikan padahal faktor yang berpengaruh dalam komunikasi adalah gesture, intonasi dan bahasa.

Dalam sebuah pelayanan yang profesional diperlukan sebuah reliability, assurance, tangible, responsive serta empati yang sangat memungkinkan setiap orang memiliki ekspektasi yang berbeda. Apakah bisa sebuah robot yang sudah disetting dapat menyesuaikan hal tersebut? Sepertinya tidak.

Ketika seseorang orang menjadi perawat yang profesional perlu memiliki sikap profesional yang sigap, informatif, apresiatif dan peduli yang disingkat menjadi SIAP. Sehingga pasien memiliki kepuasan yang sesuai dengan ekspektasi yang diberikan atau setidaknya mendekati ekspektasi yang sudah diharapkan oleh pasien.

Dasar dari pertemuan pertama antara seorang perawat dengan pasien merupakan ekspektasi dan citra perawat yang ada di tempat itu. Bayangkan jika yang ditemukan pertama adalah robot? Apakah mampu memberikan ekspektasi yang sama dengan perilaku caring yang diberikan oleh perawat? Sepertinya tidak.

Jika tidak, mungkin perannya dalam era globalisasi saat ini patut diperhitungkan. tidak hanya dari segi performa seperti grooming namun juga apresiasi dan juga peranannya dalam pelayanan kesehatan baik di Indonesia maupun di Internasional.

Referensi:

Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (Eighth ed). St. Louis: Elsevier Inc.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline