Lihat ke Halaman Asli

Pangeran Surga

Diperbarui: 16 Mei 2016   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Abi marah, umi tak kalah kecewanya. Adikku memandangku kesal, lalu masuk ke kamarnya.

"Fatih, sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Aku hanya diam. Toh, mereka tidak akan  dapat memahamiku.

"Jika tidak suka, tidak apa-apa. Tapi pernikahanmu tinggal besok pagi! Apa yang membuatmu membatalkan pernikahan ini?"

"Fatih tak menginginkan apa-apa abi, umi." Akhirnya aku angkat bicara.

"Lalu apa Fatih?"

Airmataku tak mampu lagi ku tahan. Abi beranjak pergi dengan perasaan kecewa yang terlihat di wajahnya. Bagaimana tidak kecewa? Anak gadisnya telah mencapai usia menikah, namun setiap pemuda yang datang ia tolak. Sekarang, pernikahan tinggal besok malah di batalkan.

"Cerita sama umi. Ada apa Fatih?" Aku menggeleng dan bersandar di bahu umi. Umi memeluk bahuku.

"Apakah ada sesuatu yang tidak Fatih sukai dari Rahman?"

Aku menggeleng. Bahkan, jika aku ingin jujur aku ingin menikah dengannya, dia seperti pangeran Surga yang Allah kirimkan untukku.

"Apakah dia ..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline