Hanya satu kemenangan dalam 10 pertandingan terakhir. Jelas, ini merupakan rekor yang amat sangat buruk bagi tim sekelas Man. City sejak kepemilikannya diambil alih perusahaan timur tengah.
Kehilangan Rodri yang telah cedera panjang hingga akhir musim, jadi awal malapetaka anak asuhan Pep Guardiola. Memang, sebelumnya bukan hanya Rodri saja yang cedera.
Seluruh bek tengah masuk ruang perawatan. Sementara De Bruyne juga kemarin harus menepi beberapa pekan. Namun, saat ini satu per satu pemain itu telah kembali, kecuali Rodri.
Hasilnya, Man. City masih belum bisa mendapatkan rentetan hasil positif. Yang terbaru, di ajang Uefa Champions League (UCL) City harus takluk dari raksasa Italia, Juventus.
Dua gol dari Vlahovic dan McKennie menjadi bukti betapa rapuhnya lini pertahanan City. Combo Ederson plus Gvardiol begitu lemah, sehingga para pemain Juve leluasa melancarkan serangan.
Sebenarnya, secara permainan City masih mendominasi. Mereka unggul dari jumlah ball possesion. Namun, sayangnya mereka seakan lupa cara mencetak gol. Midfielder City cendrung bingung dan berputar-putar buat mencari ruang tembak.
Gagalnya lini depan dalam mendapatkan gol, harus dibayar mahal, ketika mereka harus dibobol dua kali oleh Juve.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh Pep Guardiola untuk memutus dan menghentikan rekor buruk ini?
Alasan utama hasil jelek ini jelaslah karena absennya Rodri sebagai gelandang bertahan. Namun, tim sebesar City tentunya tak boleh hanya bergantung pada seorang pemain saja.
Masalahnya, skuad Man. City saat ini gak ada yang bisa jadi back up buat mengisi kekosongan yang ditinggalkannya. Oleh karena itu, bursa transfer musim dingin, di bulan Januari tahun depan bisa jadi solusi bagi Pep, buat mendatangkan seorang pemain yang bertugas sebagai holding midfielder.