Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 sebentar lagi tiba. Suasana pun mulai memanas, para kandidat sibuk blusukan dan adu program. Tapi tahukah kamu, ada kelompok pemilih yang kehadirannya bisa menjadi "game changer" dalam pilkada kali ini? Yap, mereka adalah Gen Z!
Generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini punya ciri khas tersendiri. Besar di era digital, pemilih muda terbiasa mengakses informasi dengan cepat dan kritis. Nah, gaya komunikasi dan isu yang mereka angkat inilah yang berpotensi mempengaruhi "pesta demokrasi" tahun ini.
Kalau biasanya pemilih pemula dianggap kurang berpengaruh, lain ceritanya dengan Gen Z. Menurut prediksi, jumlah mereka diperkirakan mencapai 60% dari total keseluruhan pemilih. Itu artinya, suara mereka nggak bisa dianggap remeh.
Dibandingkan generasi sebelumnya, Gen Z punya karakter yang unik. Mereka begitu aktif di media sosial. Berbagai platform seperti Twitter, Instagram, dan Youtube jadi "ladang" mereka berdiskusi dan mencari informasi.
Generasi Z nggak mudah termakan hoaks. Mereka kritis dan terbiasa melakukan cek fakta sebelum menerima informasi.
Mereka jugs peduli isu-isu sosial. Keadilan sosial, lingkungan hidup, dan kesetaraan gender jadi perhatian utama anak muda. Para kandidat yang bisa menjawab isu-isu ini berpotensi meraih hati Gen Z.
Gen Z nggak suka janji-janji manis. Mereka menuntut para kandidat untuk transparan dan berani memaparkan rencana program secara detail.
Kehadiran Gen Z sebagai pemilih pemula tentunya memaksa para kandidat untuk mengubah strategi kampanye mereka. Kampanye yang "jadul", mengandalkan pengerahan massa dan poster semata, sudah bukan zamannya lagi. Sekarang, para kandidat harus bisa jago main media sosial.
Ingin menyapa Gen Z? Masuk ke "habitat" mereka! Kandidat harus aktif di media sosial, menyuarakan program dengan cara yang kreatif dan kekinian.
Fokus pada isu-isu yang sesuai usia mereka. Program yang diusung harus pas dengan keprihatinan Gen Z. Isu lingkungan hidup, pendidikan, dan keadilan sosial wajib dibahas secara mendalam.