Datang dari ranah Jerman tahun 2015, dan kini telah menyudahi masa kerjanya di Liverpool. Dalam rentang waktu 9 tahun berada di kota pelabuhan, Jurgen Klopp berhasil menunjukkan sisi magisnya dengan menyulap Liverpool dari kondisi memprihatinkan, untuk kembali menjadi salah satu tim raksasa yang disegani di benua biru.
Pekerjaan yang sangat amat susah dilakukan, karena Klopp mesti merombak skuad mentah Liverpool, menjadi tim bermental juara.
Gegenpressing adalah ciri khas yang dia bawa dari Dortmund dan berlanjut di Liverpool. High pressing yang diterapkan anak asuhnya seringkali membuat lawan-lawan ketar-ketir hanya dengan melihat trio Firmansyah didepan.
Semenjak datang ke Liverpool, Klopp benar-benar harus memutar otak di setiap bursa transfer. Karena gelontoran dana yang disediakan pemilik Liverpool, tidak semewah para rival, yang seringkali jor-joran dalam membeli pemain.
Klopp pun mesti bersusah payah mendatangkan pemain yang tepat, baik jika dilihat dari skill, strategi, gaji, hingga biaya transfer.
Meski begitu, tangan dinginnya berhasil membuat banyak pemain yang awalnya biasa saja, menjelma menjadi pemain bintang.
Kedatangan Mohammed Salah sempat mendapat penilaian sinis dari banyak kalangan, karena dirinya pernah gagal di Chelsea. Begitu pula Robertson, pemain murah meriah yang datang hanya dari klub kecil Hull City.
Tapi, keduanya justru mendapatkan kepastian satu slot tempat di starting line-up. Penampilan gemilang mereka berduapun, sampai-sampai membuat suporter memberikan chants khusus.
Baik Salah dan Robertson adalah sedikit contoh keberhasilan magic Klopp yang menghadirkan aura bintang dalam diri mereka, walau sebelumnya mereka dipandang hanyalah pemain yang biasa saja.
Selain mereka berdua, nama-nama seperti Mane, Wijnaldum, Allison, Van Dijk, dan ditambah Tren Alexander Arnold seorang pemuda yang dipromosikan dari tim academy adalah contoh para pemain besar yang dijadikan mega bintang berkat kejeniusan the normal one.