Lihat ke Halaman Asli

Evi Ghozaly

| Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Pahlawan di Era Pandemi

Diperbarui: 31 Oktober 2020   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. TV9 Nusantara

Saat bercerita tentang warna warni perjuangan mendampingi masyarakat selama masa pandemi, dokter Syifa Mustika SpPD- KGEH sempat menahan isak. Datang dengan nuwunsewu, tetap menjaga adab, tapi tidak diterima dengan baik. Bahkan dengan bahasa kasar, beliau sempat 'diusir'.Ya. Ada berbagai reaksi masyarakat terkait Covid-19 ini. Ada yang langsung percaya, ragu-ragu atau menolak begitu saja. Ada juga yang menolak disertai argumen tentang konspirasi dan tuduhan pengcovid-an.

"Sebetulnya nggak masalah mereka percaya teori konspirasi. Nggak papa. Tapi covid-19 ini kan ada. Nyata. Jadi ayo donk, menghadapinya dengan benar." ajak dr. Syifa.

Sebagai pengurus Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama dan Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya, dr. Syifa terus melakukan upaya edukasi bersama tim. Terutama kepada pesantren dan masjid di wilayah Malang Raya. Ada 900 pesantren dan ratusan masjid, satu persatu disowani oleh dr. Syifa dan tim selama 7 bulan terakhir. Dengan bimbingan ketua PDNU Gus dr.Muhammad S.Niam, beliau melakukan pendekatan dan sosialisasi.

Pernah ada penolakan dari unsur pimpinan lain, Dok?

"Oh iya. Bahkan dari seorang pemegang kebijakan. Beliau mengatakan covid-19 itu nggak ada."

Lha kalau pimpinannya begitu, bagaimana sikap masyarakatnya?

"Maka kami terus berupaya mengadakan pendekatan, menjelaskan dengan fakta-fakta. Alhamdulillah, kasus menggemaskan ini berakhir menyenangkan. Justru kami sekarang bekerja sama dalam penanggulangan covid-19 ini."

Tentang pesantren yang makin banyak menutup diri, dr. Syifa mengaku prihatin. Sebetulnya tak perlu khawatir. Terbuka dalam menerima informasi terkait covid-19 justru akan membuat pesantren dapat optimal menyiapkan diri menerima segala kemungkinan. Covid-19 bukan aib. Jika ada santri yang terpapar dan segera melaporkan, akan ada bantuan pendampingan dari Satgas dan PDNU.

"Santri memang masih muda semua. InsyaAllah, jika positif C-19 pun akan kembali sehat. Tapi kami mengkhawatirkan para Kyai dan Bunyai. Apalagi yang sudah sepuh dan memiliki comorbid. Ini yang harus kita jaga. Sebab bagaimanapun, kita sangat membutuhkan bimbingan para ulama. Semoga para guru ulama kita sehat dan selamat."

Jadi, semua upaya yang dilakukan Satgas adalah dalam rangka menjaga semua.

"Kami tidak bisa sendirian. Sungguh, peran semua masyarakat sangat berarti. Dalam iktiar yang minimal saja ya, jika semua berkenan menjaga jarak, mengenakan masker dan sering mencuci tangan insyaAllah bisa memutus mata rantai penyebaran virus covid-19."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline