Lihat ke Halaman Asli

Di Negara Ini, Dokter Berani “Memboikot” Harga Obat Kanker yang “Mencekik” Pasien

Diperbarui: 19 April 2016   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jenis jenis obat kanker (sumber: koran New York, 2013)"][/caption]Bukan rahasia lagi, harga obat kanker luar biasa mahalnya. Perawatan kanker kalau dilakukan intensif bisa menelan biaya milyaran rupiah pertahun. Ongkos yang mahal ini sudah “merisaukan” para dokter. Sehingga, ketika mengetahui bahwa jenis obat baru untuk kanker “colon” (usus) meningkat dua kali lipat, para dokterpun segera memboikotnya !

Padahal obat tersebut sudah disetujui pejabat berwenang dan sudah diperintahkan oleh rumah sakit tempat para dokter bekerja untuk segera menggunakannya. Dan dokter “tabu” untuk mengetahui harga obat dan biaya berobat. Itu urusan manajemen rumah sakit, urusan dokter adalah menyembuhkan pasien, apapun obatnya dan berapapun biayanya.

Boikot ini tak hanya berlangsung di sebuah rumah sakit, tapi merebak di negara bagian New York, kemudian ke seluruh Amerika Serikat. Loh, kok berani ? Bagaimana jalan ceritanya? 

Biaya Obat Kanker

Anda tahu berapa biaya untuk “satu jenis obat” yang dikeluarkan pasien kanker? Ratusan juta. Beberapa contoh obat dengan biayanya adalah sebagai berikut:

1) Yervoy. Pasien yang menggunakan obat ini merogoh kocek $39,000 (Rp 507 juta) per-bulan.

2) Erbitux. Harganya sebesar $8,400 (Rp 109 juta) untuk konsumsi sebulan.

3) Gleevec. $92,000 (Rp 1,2 Milyar) untuk dipakai setahun.

4) Tasigna. $115,000 (Rp 1,5 Milyar) untuk konsumsi setahun.

5) Sprycel. Biaya yang harus dikeluarkan adalah $123,000 (Rp 1,6 Milyar) setahun

6) Provenge. Ongkos untuk sekali treatment $93,000 (Rp 1,2 Milyar).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline