Lihat ke Halaman Asli

Cerita Tina 1

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tina , pegawai negeri, teman SMP. Sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang anak laki – laki, setelah sempat keguguran. Dulu waktu SMP untuk ganti sepatu saja harus nunggu sepatunya jebol, karena keluarganya pas – pasan. Setelah sekian lama jadi PNS dan menikah dengan sesama PNS pula, kehidupan Tina berubah 360°. Sudah punya rumah sendiri meski nyicil 5 tahun. (Waowwww, 5 tahun untuk ambil KPR adalah waktu yang sangat singkat, menurutku ) Berasal dari Klaten, sebuah kota kecil yang terletak diantara Jogja dan Solo. Dan suaminya dari Karanganyar.

HP ku tak pernah sepi karena SMS dari Tina selalu hadir untukku. Yang isinya lebih banyak keluh kesahnya, suamiku aja kalau baca komentar “Ini orang, apa aja kok dikeluhkan sih”. Sebagai istri dan teman yang bijak, aku balas saja dengan senyum. Gak ngerti mau komentar apa.

“Lantai basah kayak banjir, padahal si bibik sudah dikasih tau cara ngepel. Arrgghhhh harus ngulang kerjaan dia kalau gini caranya”

“Ini anak tetangga mau jadi preman apa ya? Pagi – pagi jemur Dhika kok tiba – tiba kepala anakku diremas. Untung si Dhika langsung ditarik si bibik. Eh, udah gitu mau ditendang pula, untung reflekku cepet anakku langsung ke angkat. Telat dikit, bisa remuk tuh muka anakku. Cah wedok kaya preman ( Anak perempuan kayak preman)”

“Gak kerasa hampir setahun nempatin rumah. Gak bisa nabung malah uangnya berkurang terus buat ini itu. Baru mau sedikit bernafas, ternyata harus pesen kitchen set. Belum jadi pesen, ehh ternyata harus beli korden baru, korden ku harus dicuci dan gak punya stock. Haduhhhh, duit kok keluar terus. Punya rumah masak gak bisa ngirit.”

“Cuti melahirkan sudah mau habis, kalau lihat Dhika rasanya kok gak tega ninggalin lama – lama. Mau resign, tapi kok nanti aku nggak punya uang sendiri. Haduhhh, coba aku jadi pengangguran tapi digaji suamiku sejumlah yang aku biasa dapat tiap bulan.”

Hari – hariku rasanya tak pernah sepi dengan kehadiran sms – sms dari Tina, yang cukup menghiburku.

*ini hanya cerita saja, kalau ada yang mirip pasti hanya kebetulan saja*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline