Lihat ke Halaman Asli

Evi SelviaDewi

Guru/SMAN 11 Garut

Penerapan Budaya Positif (Koneksi Antarmateri Modul 1.4 PGP)

Diperbarui: 20 Juni 2024   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan Guru Penggerak merupakan program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 6 bulan bagi Calon Guru Penggerak (CGP). Selama program pendidikan, guru tetap melaksanakan tugas mengajarnya seperti biasa. Sebagai seorang CGP di angkatan 10, saya merasa bahwa ini merupakan suatu kesempatan dan juga keberuntungan karena banyak sekali hal baru yang diperoleh, baik ilmu baru, sharing pengalaman dengan rekan sejawat di berbagai daerah, dan langsung dibimbing oleh Pengajar Praktik dan Fasilitator yang luar biasa. Selama kurang lebih 2 bulan program pendidikan ini berjalan, saya sudah mempelajari 4 sub modul yaitu Modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, Modul 1.2 mengenai Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 mengenai Visi Guru Penggerak, dan Modul 1.4 mengenai Budaya Positif. Keempat modul tersebut saling terkait satu sama lain, sehingga mempelajarinya harus secara berkesinambungan agar mampu diaplikasikan secara menyeluruh dan mampu dipahami secara baik. Dalam modul tersebut, saya dibuat semakin sadar pentingnya seorang guru untuk memahami kondisi lingkungan dan siswa dalam mewujudkan pendidikan berkualitas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Adapun tantangan sebagai calon Guru Penggerak bagi saya adalah mampu menjalankan berbagai peran dan nilai seorang Guru Penggerak, salah satunya menggerakkan ekosistem di sekolah yang mampu berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah, mendorong kepemimpinan  murid yang mandiri, aktif dan percaya diri dan mampu melek teknologi. Selain itu, Guru Penggerak harus menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid (student center) sehingga tercipta kondisi student wellbeing di sekolah.

Pada saat mempelajari Modul 1.1  mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara pemikiran saya selama ini tentang kodrat seorang murid/anak berubah. Seorang anak/murid memiliki kodrat alam dan kodrat zaman yang berbeda, unik setiap individu. Seorang anak tidak bisa dianalogikan seperti kertas kosong yang bisa kita warnai apa saja, akan tetapi seorang anak saat dilahirkan memiliki kodrat alam yang merupakan bawaan lahirnya, yang bisa kita kuatkan hal baik/positifnya dan mengaburkan hal negatif yang mungkin muncul pada diri anak tersebut dengan pola pendidikan dan pengajaran. Filosofis pendidikan ini merupakan akar/ pondasi/ pedoman yang harus dipahami dan dikuatkan oleh seluruh guru agar tujuan pendidikan mewujudkan profil pelajar Pancasila bisa tercapai. Menurut Ki Hajar Dewantara (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya". Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Sebagai seorang guru kita harus mampu mendampingi dan menuntun murid untuk bisa menjadi versi terbaik mereka, hidup sesuai dengan kodratnya yaitu kodrat alam dan zaman untuk mencapai kebahagiaan sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara. Menjadi seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memberikan contoh budi pekerti yang baik untuk murid dimana budi pekerti ini perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif), sehingga menghasilkan suatu Karya (psikomotor), dan juga mampu merangsang dan menumbuhkan budi pekerti yang baik pada murid. 

Menjadi seorang Calon Guru Penggerak, kita harus mampu mewujudkan murid yang memiliki karakter profil pelajar. Ini merupakan suatu tujuan pendidikan menurut Ki hajar Dewantara, yaitu membentuk karakter profil pelajar Pancasila dalam diri anak Indonesia yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Bergotong Royong, Kreatif, Bernalar kritis, dan Mandiri. Dalam perwujudan dari tujuan ini, sebagai guru kita harus mampu memahami dan menjalankan nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak. Adapun nilai Guru Penggerak yang harus dijiwai oleh seorang guru penggerak yaitu berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Sedangkan peran kita sebagai guru penggerak diantaranya menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi. Dalam menjalankan nilai dan peran guru penggerak ini, seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas sehingga mampu menjalankan nilai dan peran guru penggerak secara optimal dan tujuan dari pendidikan dapat terwujud dengan maksimal.

Di dalam suatu kegiatan tentu kita harus memiliki visi. Begitupun di dalam program Guru Penggerak ini, masing-masing CGP diharuskan untuk mampu memiliki visi masing-masing yang melatarbelakangi setiap kegiatan yang dilakukan. Visi merupakan tujuan masa depan seseorang/organisasi. Dengan adanya gambaran visi akan menentukan arah dan juga pedoman dalam menjalankan suatu kegiatan yang bertujuan terwujudnya visi tersebut. Begitu banyak cara dalam menentukan visi dengan beberapa pendekatan. Dalam Program Guru Penggerak ini, kami diperkenalkan cara merumuskan visi dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) metode BAGJA. Inquiry Apresiatif adalah suatu landasan/filosofi yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif pada diri seseorang, suatu organisasi dan lingkungan sekitarnya. Pada saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Sedangkan BAGJA adalah tahapan Inquiry Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D yaitu Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperider&Whitney, 2005), yang kemudian dalam praktik selanjutnya tahapan Discover dipecah menjadi Define dan Discover ( Cooperrider et.al, 2008). Adapun langkah BAGJA yang dipelajari yaitu:

01. Buat Pertanyaan (B)

digunakan sebagai penentu arah perubahan apa yang diinginkan. Kita bisa bertanya tentang bagaimana peningkatan pencapaian peserta didik di semua kelas?

02. Ambil Pelajaran (A)

dalam melakukan tahapan ini, pengalaman individu atau kelompok dapat diambil

03. Gali Mimpi (G)

tahapan ini menuntut komunitas sekolah termasuk murid, guru, kepala sekolah, dan staf sekolah memberikan pemahaman kalau mimpi atau cita-cita itu penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline