Lihat ke Halaman Asli

Untuk Apa 2 Wartawan Prancis di Papua? Kepentingan Perancis di Pasifik Selatan

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1408526303884787394

[caption id="attachment_354195" align="aligncenter" width="568" caption="Negara-negara di Pasifik Selatan (Sumber : ww.visualvacationrentals.com/CountryGroupList.aspx?CountryGrpID=7)"][/caption]

Beberapa hari lalu, saya melihat ulasan yang luar biasa menarik dari Kompasianaer Hamid Ramli terkait tertangkapnya 2 jurnalis asing asal Perancis, yaitu Thomas Charles Tendies (40) yang bekerja di ARTE Televisi Perancis dan Louise Marie Valentine Burort (29) yang bekerja sebagai salah satu Jurnalis di Media Online Perancis tertangkap tangan melakukan karya jurnalistik di Papua menggunakan paspor turis. Dalam tulisan tersebut mengungkapkan indikasi keterkaitan dua wartawan tersebut dalam peredaran senjata api di Papua, khususnya kepada kelompok Puron Wenda dan Enden Wanimbo. Pihak Polisi di Papua pun sudah mengkonfirmasi hal tersebut, bahwa kedua orang wartawan ini, atau mungkin lebih tepatnya, kedua orang yang mengaku wartawan ini bertemu dengan tiga anggota kelompok faksi militer OPM kelompok Puron Wenda dan Enden Wanimbo berinisial JW, 24 tahun, LK (17), dan DD (27).

Selain bertemu dengan salah satu kelompok dari faksi militer OPM yang baru-baru ini aktif (Baca : Puron Wenda, Eksistensi Sang Penumpah Darah di Tanah Papua), diketahui juga bahwa kedua orang ini bertemu dengan Presiden Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB), Forkorus Yoboisembut . NRFPB merupakan salah satu faksi politik OPM yang banyak dibicarakan saat ini karena menjadi salah satu faksi politik OPM yang diundang untuk rekonsiliasi di Vanuatu (Baca : Posisi Penting Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dalam Diplomasi Perjuangan Papua di Vanuatu). Bila kompasianer Hamid Ramli mengindikasikan adanya jual-beli senjata atas pertemuan dua orang ini dengan kelompok Puron Wenda dan Enden Wanimbo karena pertemuan keduanya dengan anggota kelompok tersebut, lalu apa maksud kedua orang ini bertemu dengan Presiden Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB), Forkorus Yoboisembut? Berikut ulasannya.

Paspor Dinas Milik Valentine

Hal yang paling menarik dalam penangkapan kedua “wartawan” ini adalah ketika Valentine ditemukan mempunyai 2 paspor, yaitu Paspor biasa dan Paspor Dinas. Sedangkan, kedua orang ini masuk ke Indonesia dengan menggunakan Visa turis.

Terkait dua Paspor yang dimiliki Valentine, Paspor memiliki berbagai jenis, tergantung kepentingan dari pemilik Paspor untuk pergi ke luar negeri, contohnya 2 Paspor yang dimiliki Valntine, Paspor biasa digunakan untuk perjalanan regular, sedangkan Paspor Dinas adalah Paspor ini diterbitkan untuk kalangan teknisi dan petugas administrasi dari suatu misi diplomatik seperti kedutaan dan konsulat ataupun bagi pegawai negeri/pemerintah yang sedang melaksanakan tugas ke luar negeri. Pemegang paspor jenis ini mendapatkan beberapa kemudahan yang tidak dimiliki oleh pemegang paspor biasa. Paspor Dinas milik Valentine dikeluarkan oleh Pemerintah Perancis saat Valentine bertugas di Kedutaan Perancis di Tel Aviv, Israel.

Forkorus Yaboisembut, NRFPB dan Melanesia Sphered Group

NRFPB adalah salah satu kelompok dari faksi politik OPM yang saat ini banyak dibicarakan oleh aktifis-aktifis Papua, kenapa? Karena pada dasarnya, bila dibandingkan dengan faksi-faksi politik OPM lainnya, NRFPB sangat miskin kegiatan, kalau dalam bahasa kasar minim kontribusi terhadap perjuangan Papua. Tetapi ketika Vanuatu mengumumkan akan mensponsori sekaligus menjadi tuan rumah upaya rekonsiliasi faksi-faksi OPM, NRFPB menjadi salah satu kelompok yang diundang selain WPNCL (West Papua National Coalition For Liberation) dan KNPB (Komite Nasional Papua Barat). Rekonsiliasi ini adalah upaya untuk membuat perwakilan Papua, di bawah nama WPNCL agar aplikasinya diterima untuk masuk dalam forum MSG (Melanesia Sphered Group).

NRFPB yang sebelumnya dianggap sebagai faksi OPM yang ompong tiba-tiba keberadaannya dipandang oleh negara lain. Bahkan PNWP (Parlemen Nasional West Papua) yang diketuai oleh mantan ketua KNPB, Buchtar Tabuni, tidak diundang sama sekali. Sedangkan FWPC (Free West Papua Champaign) yang dimotori Benny Wenda “hanya” dimasukan dalam organisasi sayap dari KNPB saja. Kemunculan NRFPB yang tiba-tiba ini disinyalir menjadi alasan mundurnya penyelenggaraan rekonsiliasi faksi-faksi OPM di Vanuatu. Hal ini disebabkan karena NRFPB adalah salah satu faksi OPM yang banyak bertentangan dengan WPNCL, sehingga penyatuan faksi-faksi OPM dibawah bendera WPNCL dengan dukungan Vanuatu akan terganjal dengan kehadiran NRFPB dan Forkorus di forum tersebut

Kepentingan Perancis Di Kawasan Negara Anggota MSG

Perancis memiliki kepentingan yang besar di wilayah Pasifik Selatan. Seperti yang diketahui bahwa Perancis memiliki beberapa daerah jajahan di pasifik Selatan antara lain adalah Polinesia Perancis, Kepulauan Wallis dan Futuna serta Kaledonia Baru. Terkait Kaledonia Baru, Pemerintah Perancis harus melaksanakan referendum antara tahun 2014-2018 berdasarkan Perjanjian Numea tahun 1988. Perjanjian itu sendiri terjadi setelah peristiwa penyanderaan yang dilakukan oleh separatis Kaledonia, FLNKS (Front de Libération Nationale Kanak et Socialiste) berujung menjadi peristiwa berdarah yang dikenal sebagai peristiwaOuvéa cave hostage taking.

Kondisi politik di Kaledonia Baru juga terbawa ke forum MSG, oleh karena itu yang mewakili Kaledonia Baru dalam forum MSG bukanlah pemerintahnya tapi FLNKS, organisasi separatisnya. Keinginan WPNCL untuk masuk dalam MSG terinspirasi oleh masuknya FLNKS di MSG. Oleh sebab itu, FLNKS adalah pendukung WPNCL untuk masuk MSG selain Vanuatu.

Kembali kepada perjanjian Numea yang mengharuskan Perancis untuk mengadakan referendum di Kaledonia Baru, diantara 2014-2018. Referendum ini sangat penting bagi Perancis, karena banyaknya kepentingan Perancis di Wilayah ini, salah satunya adalah terkait dengan proyek nuklir Perancis dimana laboratoriumnya terdapat di Kaledonia Baru dan tempat ujicobanya di Polinesia Perancis tepatnya di Pulau Atol Mururoa. Proyek ujicoba nuklir Perancis ini merupakan pindahan dari Aljazair semenjak negara tersebut merdeka pada tahun 1966. Selain itu bila referendum Kaledonia Baru membawa negara tersebut untuk merdeka, maka akan berpotensi keinginan merdeka pun “menular” ke negara jajahan Perancis di Pasifik Selatan lainnya. Pengaruh Perancis di Kawasan ini dipertaruhkan dalam referendum Kaledonia Baru.

Kesimpulan

Wilayah Pasifik Selatan merupakan salah satu wilayah yang terpenting di dunia, dan MSG adalah organisasi yang menaungi negara-negara yang berada dalam kawasan tersebut. Oleh karena itu tidak heran bila negara-negara besar mencoba menanamkan pengaruhnya di MSG. Ketika negara-negara saling berebut pengaruh di wilayah ini, Perancis malah berpotensi kehilangan pengaruhnya.

Oleh karena pengaruh MSG yang kuat di wilayah ini, segala isu terkait MSG termasuk keinginan WPNCL untuk masuk dalam MSG, menjadi perhatian negara-negara tersebut. Pertemuan ‘wartawan’ asal Perancis, yang membawa paspor dinas dengan Forkorus Yaboisembut yang merupakan pimpinan NRFPB bisa jadi untuk membicarakan kepentingan Perancis dan NRFPB di MSG.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/12/276525/2-wartawan-prancis-diduga-terlibat-kelompok-bersenjata-di-papua

http://www.antaranews.com/berita/447734/jurnalis-prancis-valentine-burrot-berpaspor-ganda-ke-papua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline