Lihat ke Halaman Asli

Mengintip Halaman Depan Ujung Timur Indonesia

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14180957412071837247

[caption id="attachment_381582" align="aligncenter" width="576" caption="Perbatasan Indonesia-Papua Nugini, Skouw-Wutung. Terlihat bangunan megah milik Papua Nugini (dok.pri)"][/caption]

Seperti yang kita sudah tahu bahwa salah satu permasalahan Indonesia adalah perbatasan negara. Sebenarnya Jokowi sendiri sudah memiliki concern terhadap permasalahan perbatasan dengan mengganti paradigma bahwa perbatasan bukan merupakan halaman belakang, tetapi adalah halaman depan Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan perbatasan menjadi hal penting karena dengan perubahan paradigma tersebut, perbatasan menjadi “reklame” keberhasilan suatu negara.

Seperti yang dikatakan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono usai mengikuti rapat dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, bulan lalu. Ia menyampaikan bahwa Presiden Jokowi telah memerintahkan seluruh jajaran menteri terkait untuk segera memerhatikan dan memenuhi segala kebutuhan masyarakat di perbatasan wilayah Indonesia. Bahkan, Jokowi menginstruksikan agar seluruh daerah paling luar tersebut dapat bersaing dengan negara tetangga.

Terkait dengan hal tersebut, beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu perbatasan Indonesia di Skouw-Wutung, Papua, salah satu perbatasan halaman depan Indonesia di bagian timur yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Setelah terakhir kali saya mengunjungi tempat ini 4 tahun lalu, begitu banyak perubahan yang terjadi. Perbatasan itu kini terlihat begitu megah, sayangnya bukan di sisi Indonesia, tetapi di sisi Papua Nugini.

[caption id="attachment_381565" align="aligncenter" width="576" caption="Gedung megah milik Papua Nugini di perbatasan Skouw-Wutung, Papua (dok.pri)"]

14180943702112183553

[/caption]

[caption id="attachment_381567" align="aligncenter" width="576" caption="Papua Nugini, dilihat dari perbatasan Skouw-Wutung (dok.pri)"]

14180945261818921762

[/caption]

Gedung yang terlihat megah di sisi Papua Nugini tersebut adalah Gedung yang berguna untuk “one stop service” yang berisi unsur militer, kepolisian, imigrasi, custom house, dan karantina. Serta, menurut penjaga perbatasan dari Papua Nugini, bahwa di belakang gedung tersebut ada kompleks asrama untuk kediaman petugas-petugas Papua Nugini yang berjaga di perbatasan tersebut.

[caption id="attachment_381569" align="aligncenter" width="576" caption="Bandingkan, Penampakan perbatasan sisi Indonesia (dok.pri)"]

14180947131589471342

[/caption]

[caption id="attachment_381572" align="aligncenter" width="576" caption="Indonesia, terlihat dari perbatasan Skouw-Wutung (dok pri)"]

14180948081150699006

[/caption]

Membangun perbatasan, mungkin niat yang tepat bukanlah untuk "unjuk gigi" kepada negara tetangga. Tetapi dengan membangun perbatasan, menyediakan kantor pelayanan yang layak, menyediakan kesejahteraan bagi rakyat di perbatasan yang layak akan membangun kebanggaan rasa keindonesiaan pada rakyat yang tinggal di perbatasan. Akan ada rasa bangga menjadi orang Indonesia. Sehingga menjadi orang Indonesia, tidak hanya sebatas karena "kebetulan" lahir di wilayah Indonesia saja, tetapi merasakan juga kecintaan menjadi orang Indonesia. Pembangunan harus dilakukan merata oleh pemerintah di setiap jengkal wilayah Indonesia, pembangunan juga harus dirasakan oleh setiap warga Indonesia, sampai di Skouw-Wutung, "halaman depan" di timur Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline